Lihat ke Halaman Asli

Semalam Bersama Anak Rimba

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir pekan minggu ini aku gunakan untuk jalan-jalan ke Taman Nasional Bukit Dua Belas, di temani kawan-kawan dari Pecinta Alam yang ada di Bangko, Merangin, Jambi. Selesai mengerjakan tugas kantor saya langsung meluncur menuju Sekretariat Mata Angin Kampus STKIP Bangko. Anak-anak sudah menunggu dari tadi karena janjinya siang tapi karena masih ada tugas kantor, ba’da asar baru bisa berangkat. Berangkat hanya dengan membawa perlengkapan pribadi, soalnya makanan nanti beli di jalan, karena hanya satu malam, jadi gak perlu bawa banyak. Berangkat dengan menggunakan  motor, tujuan perjalana kami adalah ke Suku Anak Dalam (SAD). Sedikit was-was juga karena ini perjalanan pertama saya ke SAD. Sebenarnya sudah sering ketemu dengan meraka tapi itu di kota dan bukan di hutan rumah mereka. Rombongan kamu sebelas orang, dua di antaranya Anak Rimba (sebutan untuk SAD). Satu jam lebih perjalanan kami berhenti di sebuah pasar untuk membeli beberapa makanan, hanya makan ringan seperti mie dan snack di tambah beberapa minuman kaleng. Setalah membeli bebepara makanan selanjut melanjutkan perjalan lagi menyusuri jalanan yang mulai memburuk. Untuk mempercepat perjalanan kami memotong jalan dengan menggunakan kebun penduduk tapi itu harus bayar. Karena sudah sore dan takut tengah malam baru sampai di lokasi akhirnya kami bayar juga. Jalan sudah mulai buruk karena tanah merah dan hujan mulai turun. Akhirnya mesti dorong motor beberapa kali karena jalan yang becek dan licin. Dan ini cukup mengganggu perjalanan, padahal hari sudah mulai gelap.  Di ujung kebun penduduk ada sebuah pondok tempat kami menitipkan motor, selanjutnya perjalanan di lanjutkan dengan berjalan kaki. Aku sendiri tidak tau mana batas kebun penduduk dengan batas kawasan Taman Nasional karena dari tadi hanya kebun karet yang kami jumpai, saya pikir pemerintah harus jeli karena ini Taman Nasional. Kami terus menyusur jalan setapak yang licin, aku mulai menyalakan senter, di team ini cuman ada satu untuk sebelas orang, cukup repot juga, yang lain tidak membawa senter karena tidak mempersiapkan untuk kondisi seperti ini. Tapi untungnya yang menjadi leader kami dalah Anak Rimba itu sendiri. Jadi dia cukup hapal jalan walaupun di gelapnya malam. Hujan mulai berhenti  ketika kami sampai di sebuah pondok, sebenarnya itu sekolah yang didirikan oleh Butet Manurung. Hujan mulai berhenti ketika kami sampai di lokasi. Kami disambut oleh Anak-anak Rimba yang ada di pondok itu. Mereka adalah murid-murid Butet Manurung. Butet sendiri sudah tidak mengajar lagi karena dia sudah pindah ke Australia mengikuti suaminya. Pondok itu berbentuk rumah tinggi terbuka, punya dua ruangan, satu di gunakan sebagai kamar, satu untuk berkumpul, belajar dan bermain dan ini tidak mempunyai dinding jadi terbuka hanya di pagari setinggi sekitar 50 cm. Kamarnya sendiri mempunyai luas sekitar 3x3 meter.

Suasananya rame banget, anak-anak ini menyambut kami dan ada juga tamu bule yg katanya lagi peneliatian tentang Anak Rimba. Terus ada seorang guru yang menggantikan Butet Manurung.  Setelah mengganti baju yang basah, kami berkumpul bersama Anak-anak Rimba, bermain bersama, membagikan mereka makanan karena itu yang kita bawa. Mereka sedikit pemalu, tapi mereka selalu memperhatikan gerak-gerik kita. Aku sedikit belajar bahasa rimba dari kawan-kawan, jadi aku ajak mereka ngobrol sedikit demi sedikit, toh mereka juga bisa sedikit berbahasa Indonesia. Mereka bisa menulis dan menggambar. Salah seorang dari mereka menggambar wajahku tanpa aku tau, dan ketika kenalan langsung menyodorkan gambarnya. Kemudian seorang teman ngasih tau, kalau mereka menggambar wajahmu, mereka suka dan menerimamu di tempat ini. Wau...keren... Puas bermain dengan Anak Rimba dan malam sudah sangat larut akhirnya kami memutuskan untuk istirahat. Malam ini tidur bersama anak Rimba.

Sarapan pagi dengan Anak Rimba, menunya nasi putih dan mie. Si bule juga ikut sarapan dengan kita. Setelah makan kami lanjutkan lagi bermain, teman-teman yang lain lagi asik main bola sedangkan saya sendiri maen catur aja, karena saya gak tau maen bola. Setelah puas bermain akhirnya kami keliling ke sawah di sekitar tempa itu, SAD ternyata bercocok tanam juga mereka sudah menetap, perkampungan sebenarnya ada di dalam hutan, cukup jauh kita harus nginap lagi di sana karena gak mungkin bolak balik, tapi karena hari ini mesti pulang karena besok kerja, jadi kita hanya keliling di sekitar daerah persawahan, mungkin lain kali kita masuk ke perkampungan sebenarnya. Yang di pondok ini hanya anak-anak yang mau belajar baca tulis saja, sedangkan orang tua mereka ada di dalam perkampungannya dan ada yang sedang berburu. Yang kami temukan waktu menyusuri sawah SAD tempat mereka ketika mau melahirkan, jadi ketika ibu-ibu mau melahirkan mereka di pisahkan dari kelomponya. Selanjutnya kami ketemu ibu-ibu yang lagi menjaga sawahnya, kemudian berpapasan dengan keluarga teman kami yg jadi leader dalam perjalanan ini. Mereka baru saja habis berburu.

Puas keliling dan berjanji akan pulang lagi ke sana untuk masuk ke perkampungannya akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke bangko. Setelah pamitan dengan Anak-anak Rimba dan guru mereka kamipun bergerak keluar hutan menuju tempat motor yg di titipkan. Perjalan kali ini lumayan cepat karena cukup terang. Setelah menganmbil motor kamipun meluncur menuju bangko. Pengalaman yang menarik, semalam bersama anak-anak rimba....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline