Bagaimanakah caranya agar bisa artikelis di surat kabar? Ya, Anda perlu menjadi semacam ekstremis dalam menulis. Tulis apa yang saja. Bahkan ujar Fatima Mernissi dari Maroko, sekedar memberi tahu PLN (di Indonesia) lampu tetangga Anda padam. Lantaran kebiasaan menulis masih saran Fatima dapat mengawetkan kulit wajah Anda. Sampai pada kesimpulannya, menulis lebih baik ketimbang operasi kulit wajah. Kandungan manfaat menulis meremajakan. Itulah, harapan dan sugesti Fatima dari Maroko terhadap wanita khususnya.
Kita pria pun dapat merasakan manfaatnya. Bukan soal kulit wajah. Apalagi, umumnya kita pria tak begitu hirau dengan kulit wajah. Lebih gemar berburu ujar John Gray, pria dari Mars. Jadi, berburu tulisan pun barangkali sama dengan berburu hewan di masa lalu. Dengan berburu tulisan, deadline membuat pria-wanita semakin tangguh dalam kehidupan. Minimal secara reflektif lebih memahami diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Maka dari itu, mungkin kita perlu sedikit lebih fanatik menjadi artikelis. Apapun kondisi psikologis, sosiologis, ekonomis, dan politis yang menimpa kita. Menulis tetap dapat dilakukan, mungkin karena jaringan internet atau sinyal macet. Atau pulsa dan paket data habis. Bisalah dilampiaskan lewat buku tulis saja. Dibanding melampiaskan emosi menulis menjadi 'tamparan' pada anggota keluarga atau bahkan jiran, tetangga.
Kembangkan Ide
Huruf menjadi kata. Kata menjadi kalimat. Kalimat menjadi paragraf. Paragraf dirakit menjadi karangan utuh. Biar urutan paragraf lebih sistematis dan logis diperlukan unsur pendukung, seperti transisi dan kalimat penjelas. Transisi yang saya maksudnya, seperti lalu, kemudian, selanjutnya, seterusnya, dengan demikian, meskipun demikian, tetapi, namun, sebaliknya, sehubungan dengan itu, berkaitan dengan itu, setelah itu, sesudah itu, oleh karena itu, pada satu sisi, pada sisi lainnya, pada hakikatnya, sebenarnya, sesungguhnya, dan transisi lainnya yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.
Nah, marilah kita praktikkan...
Misalnya, Anda mau menulis topik pendidikan. Biar lebih khusus, sebutlah mengenai guru. Persoalan guru karena juga jamak. Ambillah satu satu soal gaji guru yang rendah. Buatlah judul sekitar 2-5 kata. Misalnya, Menyoal Gaji Guru, UMP Gaji Guru, Nasib Guru Swasta, dan lain-lain.
Dengan judul di atas, Anda dapat mengembangkan paragraf. Pertama, singgunglah sedikit pengertian guru sesusi dengan Undang-Undang Guru. Kedua, tambahi dengan pengalaman pribadi, pendapat orang lain, atau contoh realitas di lapangan pendidikan. Ketiga, sungsang, bolak-balik jalan pikiran pengungkapannya. Buatlah positif-negatifnya, plus-minusnya. Kelebihan dan kekurangannya. Biar masuk minimal dua sudut pandang yang agak seimbang dan pro-kontra. Keempat, ajukan pertanyaan dengan rumus 5 W + 1 H. Maksudnya, ajukan pertanyaan dasar, seperti, apa, siapa, kenapa, kapan, di mana, dan bagaimana untuk mengembangkan ide yang ada. Kelima, tambahi referensi bahan bacaan Anda. Selesai.
Jadi, itu bisa jadi rumus mania menjadi artikelis yang sedikit agak ekstremis menjadi calon penulis. Semoga Anda berhasil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H