Lihat ke Halaman Asli

Bahasa Koran Indonesia

Diperbarui: 4 Desember 2016   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Waspada Medan, 24 September 2016 Abdul Hakim Siregar

Aku bukan wartawan dan jurnalis, melainkan guru. Aku bukan guru bahasa Indonesia, melainkan guru agama. Biar tulisan terbit di koran, aku menggunakan nasihat almarhum Rosihan Anwar, menghindari penggunaan kata mubazir (berlebihan) di koran. Ia pertama kali mengistilahkan kata mubazir di koran. Inilah kata mubazir versi Rosihan Anwar, yang perlu dihapus pada tulisan koran. 

  1. Bahwa. Jangan gunakan kata “bahwa” di koran. Kecuali terpaksa dan dipaksa. Sebaiknya, jangan yah!
  2.  Adalah. Awas kata “adalah”masuk dalam tulisanmu di koran. Kalau terpaksa, pakai saja “ialah” terbatas. Apalagi, jangan sampai ganda, dengan membuat: adalah merupakan. Salah total di koran yang bernas.
  3. Telah, sudah, dan Akan. Kata kerja  dalam bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk waktu. Jadi, jangan gunakan itu di koran.
  4. Untuk. Waspada menggunakan kata “untuk.” Itu mubazir. Jangan pakai kata “untuk” di antara dua kata kerja. Contoh “memutuskan untukmenerbitkan.” Ini pantangan di koran. Hapus kata untuk ya.
  5. Dari, daripada. Tolong amati penggunaan kata itu di EYD. Cermati, cermati, dan cermati. Sebagai missal “dari” dipakai menunjukan asal, tempat, atau permulaan, sedangkan “daripada” perbandingan.
  6. Waspada penjamakan. Cermati kata jamak. Awas ganda, misalnya para ayah-ayah, banyak ibu-ibu. Cukup, para ayah, para ibu. Terus, hindari penjamakan kata benda berulang, ibu-ibu, dokter-dokter. Terkesan bermakna”seperti” bukan? Maka,biar jelas gunakan penjamakan dengan kata “beberapa” misalnya dibanding mengulangi kata bendanya.
  7. Di mana, yang mana, hal mana, dalam rangka. Ganti kata itu dengan “tempat” atau "peristiwa" bukan dengan kata di mana.
  8. Hemat kata;

           Kata Mubazir                         Kata hemat 

           Sekarang                                 kini

          Kemudian                                 lalu

Artinya, lebih hemat jika Anda memakai kata “kini” dibanding “sekarang.” Lebih hemat memakai kata “lalu” dibanding “kemudian.”

Jika, Anda tertib menyunting kata mubazir di koran. Insya Allah, tulisanmu dimuat media. Itu nasihat almarhum Rosihan Anwar kepada kita penulis koran.

  • Kini, coba tulis karangan! Secara bebas. Menulis secara bebas, tanpa dibebani dengan diksi atau bahkan tata bahasa.Tulis saja dulu.
  • Bagi penulis pemula, tolong pisahkan menulis dan mengedit/menyunting. Jangan menulis sekaligus menyunting. Tulislah, termasuk kalau mau menggunakan kata mubazir di atas. Selesai itu, baru edit, delete atau hapus semua kata mubazir yang ada dalam tulisanmu.

Trik membuat judul tulisan di koran, di antaranya:

  1. Buat 1-5 kata. Kadang, 1 atau 2 kata cukup. Amati judul tulisan artikel, opini, cerpen pada koran yang kamu sasar.
  2. Berbentuk pernyataan, bukan susunan SPO.
  3. Gunakan kata kerja di awal. Contoh berguru pada kiai…, meningkatkan empati, menggugat Pilkada.
  4. Coba lototi judul dialog di media televisi.
  5. Jangan buat judul tulisan di Koran seperti judul skripsi,tesis, atau disertasi!

Meskipun, aku mengetahui ilmu bahasa koran di atas, kadang kulanggar juga dalam tulisanku. Artinya, aku berbahasa mubazir di koran. hehehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline