Setiap awal tahun ajaran baru. Banyak orang tua berlomba-lomba memasukkan anak TK atau SD ke sekolah favorit, unggul, atau intenasional. Orangtua merasa bangga kalau anaknya dapat memasuki sekolah bertaraf internasional. Lebih lagi, kalau dalam berbagai event, anaknya meraih prestasi yang hebat dalam ukuran orantua. Sebenarnya, dalam sekolah internasional, yang sekolah adalah pikiran orangtua, tapi fisiknya anak. Sekolah internasional paham akan hasrat orang tua seperti itu, maka mereka sekolah internasional hanya memenuhi hasrat orangtua yang ingin anaknya cepat pintar, pandai ini dan itu, dan hafal ini dan itu. Bukan kemauan anak.
Kurasa, janganlah kita membuat pola pendidikan terlalu sulit. Karena pendidikan bukan istilah khusus seperti kedokteran, yang hanya dokter dan farmalog yang tahu maksud tulisan diresep dokter. Sebagai guru, saya rasa kita dapat dengan mudah mencapai tujuan pendidikan: Pendidikan Fisik (Jasmani) dan Pendidikan Rohani. Cukup, tak lebih dari itu.
Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani sederhanya mirip pendidikan militer, latihan fisik. Kini, latihan militer bukan lagi kontak fisik langsung, tidak menendang atau memukul. Tapi, dengan menaklukkan alam, latihan pada daerah yang terjal atau medan alamnya menantang dan sulit. Semacam petualangan menaiki perbukitan atau hutan belantara. Sekarang, apa yang utama dibutuhkan anak TK atau SD? Latihan fisik bukan? Jadi, mudah saja, tiru saja gaya pendidikan semi militer bukan push up, tapi menelusuri perjalanan panjang daerah hutan atau dataran yang terjal, termasuk sungai yang luas dan dalam.
Alam yang paling banyak curam, terjal, dan menantang adalah di daerah pedalaman pulau Indonesia, daerah terpencil. Di situ misalnya, ada sungai yang besar. Jadi, tak perlu buat kolam renang seperti dalam sekolah internasional. Anak bisa langsung terjun ke sungai nyata, sebagaimana anak nelayan secara umum mampu berenang dan menyelam walaupun tak mengerti teori renang. Bahkan, kalaupun anak sekolah internasional ahli berenang di kolam renang, belum tentu selamat jika dihadapkan pada aliran sungai yang sebenarnya.
Pendidikan Rohani
Pendidikan rohani mirip pendidikan sipil atau kuliahan. Untuk kecerdasan ini, kita dapat meniru universitas. Latihan intelektual berarti dengan kerja riset, diskusi, atau tugas individu. Kecerdasan sosial dilatih dengan berorganisasi di kampus atau terlibat langsung dalam kelompok sosial. Lalu, kecerdasan spiritual dengan mengamalkan agama masing-masing. Itulah, agama mengapa sering mensyaratkannya, akil balig dulu, dewasa dulu baru diwajibkan syariah agama. Jadi, pendidikan rohani sebaiknya fokus saat SMP, bukan pada waktu TK atau SD sebagaimana dalam sekolah internasional.
Dengan demikian, pendidikan sangatlah sederhana. Pertama, pendidikan fisik dapat kita peroleh secara gratis di pedalaman nasional Indonesia dan cucok untuk anak TK dan SD. Malahan, tak usah mengundang guru, orantua dapat menjadi guru anak terutama TK dengan pindah tugas misalnya ke daerah pedalaman. Kedua, pendidikan rohani, di sini kita memang harus lebih membuat sarana pendidikan modern, seperti model tempat kuliah universitas yang megah dan alatnya modern.
Intinya, pendidikan itu adalah perpaduan pendidikan desa tertinggal, yakni pembentukan fisik. Dan pendidikan kota, yaitu pengembangan intelektual. Ini jugalah, plus-minus pendidikan di desa dan kota. Inilah yang disebut pendidikan TK/SD nasional terpadu, ketika kita mampu memadukan pendidikan fisik di pedesaan dan pendidikan intelektual di perkotaan. Walhasil, anak Indonesia kuat fisiknya sekaligus kuat intelektualnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H