Lihat ke Halaman Asli

3 Alasan Kenapa Jusuf Kalla Tidak Bisa Menjadi Wapres (lagi)

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1397717654682815610

Jusuf Kalla adalah seorang negarawan, sebelumnya inilah yang kita sama-sama nilai. Kelegaan hatinya ketika secara negarawan mengucapkan ucapan selamat dengan SBY pada 2009. Kesungguhannya membangun bangsa lewat Palang Merah Indonesia dan Dewan Masjid. Tapi itu semua dulu, sebelum kita tahu  pada tahun 2014 ini JK masih segitu berambisinya dengan kekuasaan.

Hari ini, geliat JK dengan blusukan politiknya bergerak disana-sini. Mondar mandir dengan dalih silaturrahmi, namun jelas dan tidak bisa dibohongi, JK sedang menjajaki kemungkinan dirinya untuk kembali berkuasa sebagai calon presiden atau wakil presiden. Tidak bisa dipungkiri JK memiliki nama besar. tapi satu yang harus disadari oleh Jusuf Kalla, kebesaran namanya selama ini tidak kebesaran yang diikuti oleh elektabilitas. Ada suatu ketika kita membayangkan seorang pemimpin yang sangat kita hargai, namun bukan dalam bayangan bahwa kita akan pilih sebagai pemimpin. JK terbukti tidak dipilih oleh masyarakat. Mengingat dukungan kepada JK mungkin tidak besar lagi, hanya mendapatkan 12% suara pada 2009, dan sekitar 4-5% suara hari ini, JK tahu diri dengan hanya mendesak dengan menjadikan diri sebagai calon wakil presiden, terutama untuk Jokowi.

Sesuai dengan Judul, saya akan membuat 3 rangkaian pertanyaan kepada Anda, pembaca blog ini untuk dijawab. Jawaban itulah nanti yan akan menjadi alasan Kenapa Jusuf Kalla tidak bisa lagi menjadi Cawapres. Dari pikiran anda sendiri.

Pertanyaan Pertama,

Tahukah anda, berapa umur Megawati Soekarno Putri saat ini? Berapa umur Jusuf Kalla? Manakah yang lebih negarawan? Siapa yang lebih pro perubahan terhadap bangsa? Masih pantaskah JK kejar kekuasaan?

[caption id="attachment_332134" align="aligncenter" width="300" caption="sumber : http://news.detik.com/read/2012/11/23/132113/2099336/10/puan-perkuat-peluang-mega-jk-ke-pilpres-2014?nd771104bcj"][/caption]

Pertanyaan Kedua,

Pantaskah seorang Presiden mencium tangan Wakil Presidennya? Mungkinkah sebuah pemerintahan berjalan jika ada kesungkanan yang besar dari seorang Presiden kepada Wakil yang lebih senior, padahal beliau merupakan wakilnya? Bisakah ada perubahan dan pemerintahan efektif sesuai dengan amanah sistem Presidensil yang kita anut?

[caption id="attachment_332133" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/04/16/180925/2557403/1562/jadi-cawapres-jokowi-jk-belum-tahu-belum-ada-komunikasi?9911012"]

1397717296266750881

[/caption]

Pertanyaan Ketiga,

Pertanyaan ketiga agak sedikit dilematis logis. Menurut anda, adakah orang yang mau menjadi Wakil Presiden dua kali dengan presiden yang berbeda, dan didahului dengan keinginan berkuasa menjadi seorang calon presiden, dan kalah? Apakah benar orang seperti ini mampu menjadi pelengkap dan pendukung presiden?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline