Lihat ke Halaman Asli

Si Penjelajah Dunia

Regional Manager

Cerita tentang Air Mancur Saint-Michel, Paris

Diperbarui: 19 Oktober 2016   10:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Banyak yang menarik yang saya temukan dalam perjalanan di kota Paris. Sama halnya dengan Kota Roma, di setiap sisi kota tersebut kita bisa menemukan berbagai warisan sejarah entah itu seni, politik, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Setelah mengunjungi Musee de Cluny, saya melintasi Boulevard Saint Michel ke arah Sungai Seine. Sebelum sampai di Katedral terkenal di kota Paris yaitu Katedral Notre-Dame, di sisi kiri jalan saya menemukan salah satu landmark yang terkenal di kota Paris yaitu air mancur Saint Michel.

Dokumentasi pribadi

 

Air mancur ini adalah bagian dari projek rekonstruksi kota Paris di bawah pengawasan Baron Haussmann selama kekaisaran kedua di Perancis. Pada tahun 1855, Haussmann menyelesaikan boulevard yang sangat besar yang awalnya disebut sebagai Boulevard de Sébastopol-rive-gauche atau sekarang disebut sebagai Boulevard Saint Michel. Gabriel Davioud adalah nama arsitek yang merancang air mancur ini pada tahun 1856.

Gabriel Davioud mendedikasikan rancangannya untuk perdamaian dan meletakkan rancangannya di pusat alun-alun. Setelah berbagai macam perubahan rancangan, pada Juni 1958 dimulailah pembangunan air mancur Saint Michel di mana tokoh utamanya adalah Malaikat Agung Michael yang sedang bertarung dengan iblis. Patung tersebut diresmikan pada 15 Agustus 1860.

Dokumentasi pribadi

Saya cukup berkesan dengan berbagai peninggalan yang ada di kota Paris dan bagaimana mereka merawat berbagai peninggalan bersejarahnya. Meski selama tahun 1871 terjadi berbagai pemberontakan yang mengakibatkan kerusakan pada patung tersebut serta simbol-simbol lain dari Louis Napoleon, Davioud memperbaiki air mancur tersebut pada 1893 dan masih berdiri sampai saat ini.

Dokumentasi pribadi

Bagaimana refleksi saya melihat Indonesia? Di setiap sudut kota Jakarta ada berbagai tempat yang menarik yang bisa saya temukan, akan tetapi sayangnya tempat-tempat itu tidak dirawat. Contohnya Patung Selamat Datang di Bunderan Hotel Indonesia, kerap dijadikan lokasi untuk demo dan tidak heran setelah demo, saya banyak melihat sampah berhamburan dan taman yang sudah berantakan terinjak. Atau saat saya mengunjungi Monumen Nasional, tidak heran setiap akhir pekan taman indah di Monas penuh dengan sampah dan banyak pedagang kaki lima yang menambah sembrawut peninggalan bersejarah. Saat ditertibkan dan direleokasi agar bisa rapih, malah ngamuk dan tidak segan merusak yang ada di dalamnya. Mari kita jaga tempat bersejarah yang ada di sudut-sudut kota kita.

Salam, Si Penjelajah Dunia




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline