Lihat ke Halaman Asli

Kata Pertama: Kaos Kaki

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13485848872040163182

"Anaknya nggak diajarin bahasa Inggris, Pak?"

Saya bengong ditanya seperti itu. Pertanyaan ini sepertinya sudah menjadi tren di kalangan para pahmud (papah muda) dan mahmud (mamah muda) di tempat saya.

Dengan makin berkembangnya metode mendidik anak, sepertinya makin berkembang pula kemauan para pahmud dan mahmud untuk menerapkan berbagai macam hal yang terkadang sepertinya tidak terlalu perlu dan mendesak untuk dilakukan. Salah satu contohnya: mengajarkan bahasa Inggris kepada balita (bahkan untuk beberapa kasus yang saya temui, para bayi yang baru lahir).

"Kata pertama anak saya itu mommy...," lanjut pahmud tadi sambil menatap anak balitanya dengan bangga.

Saya tersenyum simpul dan menyahut dengan percaya diri.

"Kata pertama anak saya ... kaos kaki."

Bahasa Ibu, Bahasa Pertama Anak Kita

Keluarga saya dan istri saya itu seperti gado-gado. Saya Jawa, istri saya Minang-Riau. Satu-satunya bahasa yang kami mengerti dengan baik adalah bahasa Indonesia. Kalau saya sudah mengeluarkan bahasa Jawa ngapak saya, istri saya pasti tidak akan mengerti. Apalagi kalau istri saya keceplosan bahasa Riau atau Minang, saya langsung pura-pura tidak mendengar. Bukannya kami tidak ingin mempelajari bahasa daerah masing-masing, tapi kami merasa komunikasi itu yang terpenting bukanlah bahasa apa yang digunakan, tapi bagaimana menggunakan bahasa yang dikuasai sebaik-baiknya sehingga apa yang ingin kami sampaikan bisa dimengerti dengan baik pula.

Itu jugalah sebabnya mengapa kami memilih untuk mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama untuk anak-anak kami. Walaupun pada awalnya agak tergoda juga untuk mengajarkan bahasa Inggris, tapi setelah membaca di sana-sini, kami malah menemukan bahwa kebanyakan anak yang sejak balita diajarkan bahasa Inggris malah mengalami kesulitan komunikasi di kemudian hari karena mereka tidak tinggal di negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa nasionalnya.

Di rumah mungkin mereka kelihatan bisa berkomunikasi dengan baik, tapi di lingkungan yang tidak menggunakan bahasa Inggris? Belum lagi kalau mereka tidak disekolahkan di sekolah yang bahasa pengantarnya adalah bahasa Inggris. Bisa ada kesenjangan antara dia dan teman-temannya. Dan bukan tidak mungkin hal ini juga berimbas pada prestasinya di sekolah.

Kalau hanya untuk gaya-gayaan, penggunaan bahasa Inggris oleh anak balita sepertinya memang keren. Tapi, apa itu memang perlu?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline