Lihat ke Halaman Asli

The Miracle of Faschel Chapter 2: Mimpi

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam semakin pekat. Langit terlihat hitam polos seperti kain hitam yang dibentangkan melengkung di atas kepala. Tak ada bintang. Seorang anak laki-laki berjalan di bawah langit yang muram. Tangan kanannya menggenggam obor dengan nyala api yang pucat dan hanya menerangi sampai beberapa langkah di depannya.

Ia melewati hutan bambu yang berkabut putih. Batang-batang bambu itu tumbuh satu-satu dengan jarak yang renggang. Ia tidak bisa memperkirakan berapa tinggi batang bambu itu karena hanya kegelapan yang tampak. Kabut putih putih di sela-sela batang bambu memantulkan cahaya obor dengan aneh. Seperti ada sesuatu di dalam kabut itu yang bergerak cepat dan memata-matai setiap gerakannya dengan penuh curiga. Anak laki-laki itu mempercepat langkahnya. Jalan setapak yang ia pijak berderik berisik setiap ia melangkah.

Ia terus berjalan menembus kegelapan. Kakinya terasa sangat berat untuk melangkah dalam kesunyian yang terasa begitu mencekam. Ia bisa mendengar suara detak jantungnya yang berdetak dua kali lebih kencang. Ia terus berjalan dan terus berpikir kenapa ia harus berjalan. Ada perasaan aneh yang menyergap kalbunya dan mendorongnya untuk terus berjalan walaupun ia tidak tahu di mana dan kapan ia akan menemukan ujung jalan ini.

Silahkan baca cerita selengkapnya di http://www.faschel.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline