Lihat ke Halaman Asli

Model Bisnis Open Source: Use Value Funding Model (1)

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Model Bisnis Open Source

Model bisnis open source sangat berbeda dengan bisnis barang konvensional yang biasa terjadi di masyarakat. Dalam bisnis konvensional di masyarakat, pembeli akan membayar sesuai dengan nilai barang yang dijual. Di dunia perangkat lunak proprietary, nilai barang merupakan harga lisensi perangkat lunak.

Karena perangkat lunak open source bebas digunakan dan tidak menjual harga lisensi perangkat lunak, maka salah satu model bisnisnya adalah dengan memberi dukungan secara komersil kepada pengguna. Ada banyak model bisnis open source yang dikenal di dunia saat ini. Beberapa model di antaranya ada yang cocok diimplementasikan di Indonesia. Ada yang bisa langsung diterapkan, ada pula yang perlu disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

Apa saja dapat terjadi di dunia open source. Jika merasa kurang cocok dengan model bisnis yang sudah ada, anda pun dapat menciptakan model bisnis baru. Banyak juga perusahaan open source yang mengombinasikan beberapa model bisnis agar mendapat lebih banyak keuntungan dan lebih memuaskan pelanggannya.

Use Value Funding Models

Fakta kunci adanya perbedaan nilai jual dan nilai guna memperjelas bahwa hanya nilai jual yang terancam oleh perpindahan dari propietary menuju open source. Tidak demikian dengan nilai guna.

Bila nilai guna merupakan faktor pendorong utama dalam pembuatan software daripada nilai jual, maka pengembangan software secara open source jelas jauh lebih efektif dan efisien daripada pengembangan secara tertutup. Selanjutnya, kita berharap bisa menemukan keadaan yang menunjukkan bahwa proyek pengembangan open source bisa memperoleh dana yang memadai hanya karena nilai gunanya saja.

Faktanya, tidak terlalu sulit untuk mengidentifikasi setidaknya dua model penting yang menunjukkan bahwa gaji seorang full-time developer untuk suatu proyek open source bisa didapatkan dari nilai guna saja.

Kasus Apache: Cost-Sharing

Mari kita misalkan bahwa anda bekerja untuk suatu perusahaan yang mempunyai bisnis penting yang mensyaratkan adanya web server dengan reliabilitas dan volume yang tinggi. Barangkali untuk menjalankan suatu sistem e-commerce, atau situs portal. Anda membutuhkan uptime 24/7 (24 jam sehari, 7 hari seminggu), anda membutuhkan kecepatan dan kustomisasi.

Bagaimana cara anda memperolehnya? Secara umum ada tiga strategi yang dapat ditempuh:

Membeli web server propietary. Pada pilihan ini, anda bertaruh bahwa agenda dari vendor sesuai dengan tujuan anda, serta bahwa vendor bersangkutan memiliki kemampuan teknis untuk menerapkannya dengan baik. Bahkan dengan asumsi kedua hal tersebut terpenuhi, produk tersebut umumnya memiliki tingkat kustomisasi yang rendah. Anda hanya akan bisa melakukan modifikasi melalui jalur yang disediakan oleh vendor. Kita bisa melihat dari survei bulanan Netcraft bahwa strategi propietary ini tidak popular.

Membuat web server sendiri. Membangun web server sendiri bukanlah pilihan yang harus kesampingkan secara spontan. Web server tidak terlalu kompleks, yang pasti ia lebih sederhana dari browser. Bahkan, web server yang dirancang khusus bisa jadi sangat sederhana dan tepat sesuai sasaran yang ingin dicapai. Keputusan ini bisa membawa anda pada web server dengan fitur dan tingkat kustomisasi persis sesuai dengan yang anda inginkan dan perlukan. Namun anda harus membayarnya dengan waktu pengembangannya. Perusahaan anda juga bisa berpikir bagaimana bila ada masalah dengan web server yang anda buat, sedangkan anda sudah tidak lagi bekerja di sana.

Bergabung dengan Apache. Web server Apachedibangun oleh sekelompok webmaster yang terhubung melalui internet. Mereka adalah webmaster yang menyadari bahwa menggabungkan usaha mereka menjadi satu kode program dasar (code base) adalah cara yang lebih pintar daripada berusaha membangun web sever masing-masing secara paralel. Dengan demikian, mereka mendapatkan kedua keuntungan dari membangun web server sendiri dan efek debugging yang powerful melalui metode peer-review yang paralel oleh banyak orang.

Keuntungan dari Apache sangat kuat. Kita bisa membuktikan kekuatannya dari survei bulanan Netcraft yang menunjukkan bahwa sejak kemunculannya, pangsa pasar Apache terus meningkat dibandingkan dengan seluruh web server propietary. Apache dan turunannya sudah memiliki pangsa pasar hingga 67%, tanpa promosi dan tanpa pemilik tunggal.

Kisah Apache bisa digeneralisasi menjadi sebuah model pada kasus pengguna software menyadari bahwa mereka mendapat keuntungan dengan mendanai dan bekerja sama dalam pengembangan secara open source. Mereka melakukannya karena mereka tahu akan mendapatkan produk yang lebih bagus dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan metode yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline