Lihat ke Halaman Asli

Embun

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sayang, hadirmu tak selalu ada meski sangat kunanti
Apa yang kau rasakan saat menjadi embun?
Asal kau tahu, aku selalu senyum karena menggilaimu

Kau hanya air, tapi air yang unik...
Iya, kau unik! Sadarkah?
Hmm... tapi aku paling suka menatapmu di dedaunan
Bulirmu cantik menggodaku untuk memainkannya

Kilauanmu pun mempesona kala terkena cahaya
Bagaimana jika kau berkumpul di kamarku lalu hanya kufokuskan sorot cahaya ke arahmu dan kawan-kawanmu?
Iya, pasti indah layaknya kunang-kunang

Hadirmu juga dinantikan makhluk hidup lain
Bukan... Bukan hanya pohon yang daunnya kau tempeli!
Tapi juga semut, belalang, dan lalat...
Meski serangga-serangga itu malah membuatmu hilang

Satu yang sangat kukagumi darimu, Embun
Kau tak sungkan melebur bersama kawan-kawanmu,
Menyatu tanpa kau pedulikan ukuran
Embun kecil atau embun berukuran besar
Bahkan, kau tak menolak kala ada benda lain yang dibawa kawanmu untuk bergabung

Namun, aku tak suka benda lain itu
Membuatmu tak cantik
Tunggu! Mungkinkah kau juga tak suka dan terpaksa menerimanya?
Maaf! Jika sebenarnya kau suka ada benda lain bersamamu, malah kusingkir-singkirkan

Kau tahu, Embun? Tentu tidak karena aku belum bilang
Ini sudah musim hujan, cuaca yang kau suka
Kau janji, kan, untuk muncul setiap aku membuka jendela kamar saat pagi?!
Aku ingin menikmati keindahanmu sebelum kau hilang karena musim yang berganti




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline