Lihat ke Halaman Asli

Sintya Resti Yulita

Sintya Resti Yulita, Lahir di Trenggalek 19 Juli 2001- Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Prinsip Percakapan dalam Pragmatik

Diperbarui: 16 April 2023   16:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PRINSIP PERCAKAPAN DALAM PRAGMATIK

 Pada hakikatnya komunikasi adalah interaksi menjalin hubungan sosial yang dilakukan dengan menggunakan ungkapan kesopanan dan ungkapan implisit. Dalam interaksi yang baik akan terjadi komunikasi antara penutur dan mitratutur yang mengarah pada terjadinya kesalingmengertian sehingga omuniasi yang terjalin sangat efetif. Leech (dalam Sudiara, 1999:2) menyataan bahwa hakikat bahasa tidak akan membawa hasil seperti yang diharapkan tanpa disadari oleh pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan dalam komuikasi. 

A. Prinsip-Prinsip Percakapan dalam Pragmatik

1. Prinsip Kerjasama

 Grice dalam Wijana (1996 : 46) menyatakan bahwa dalam prinsip kerjasama, setiap penutur mematuhi empat maksim percakapan yaitu :

-Maksim Kuantitas

Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.

-Maksim Kualitas

Mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya. Misalnya seseorang harus mengatakan bahwa Ibu Kota Indonesia adalah Jakarta, bukan kota yang lain, kecuali kalau orang tersebut benar-benar tidak mengetahuinya.

-Maksim Relevansi

Maksim ini mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline