Lihat ke Halaman Asli

Sejenak Melihat Indonesia Dari Langit

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mari kita sejenak terbang ke langit, lalu menatap Indonesia yang tampak keseluruhan dari Aceh sampai Papua. Luar biasa Indonesia, lautnya luas, pulau-pulaunya ribuan. Kekayaan alam yang terkandung di bumi/laut Indonesia luar biasa besarnya, yang seandanya dikelola dengan baik dan benar, bisa mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia.

Sayang seribu sayang, dari kejauhan tampak, banyak sekali hutan yang gundul, hutan lindung dibabat, lahan pertanian yang tidak terurus dan sawah-sawah kering serta sebagian besar sudah berubah fungsi menjadi komplek perumahan. Banyak satwa liar yang tidak memiliki tempat tinggal yang nyaman. Banyak kegiatan pertambangan yang merusak lingkungan hidup. Konon hasil tambang bumi kita lebih banyak dinikmati pengusaha asing dan segelintir orang Indonesia.

Juga dari kejauhan tampak sebagian wilayah Indonesia dilanda banjir, banyak tanah longsor, bahkan memakan korban jiwa. Dan itu, di beberapa kota besar kemacetan lalu lintas sangat parah, sehingga terjadi pemborosan bahan bakar migas yang luar biasa, dan masyarakat banyak yang stress dan tidak produktif.

Kalau agak turun sedikit, akan kelihatan banyak penduduk yang tidak bekerja alias pengangguran, dari tempat tinggalnya kelihatan bahwa banyak penduduk dilanda kemiskinan, bahkan tidak sedikit penduduk yang tinggal di gubuk-gubuk di pinggir kali dan daerah-daerah kumuh. Yang menarik dari pengamatan terhadap rumah-rumah penduduk adalah bahwa penduduk Indonesia banyak yang suka berjudi, dan ternyata judi toto gelap (togel) masih merajalela secara sembunyi-sembunyi. Kumpulan orang yang main judi kartu dan judi di internet pun banyak. Apa polisi tidak tau hal ini? Kayaknya ga mungkin deh.

Coba kita turun dan mendekat di atas penjara-penjara. Hampir semua penjara penuh dan ada yang over kapasitas. Yang menarik adalah penjara tempat dikumpulkannya para koruptor, tidak kelihatan bahwa terpidana korupsi itu merasa terhukum, karena mereka tertawa-tawa, makan makanan enak, berjudi yang tampaknya taruhan uang besar. Eh, ada yang aneh, ada beberapa koruptor dari partai politik, kabarnya ditempatkan di penjara ini, tetapi tidak kelihatan batang hidungnya. kemana ya? Terdengar bisik-bisik, sedang keluar penjara dengan alasan berobat, tetapi sudah semalaman tidak pulang. Bisa? Kongkalingkong dengan petugas penjara.

Coba kita turun dan mendekati gedung-gedung wakil rakyat, kantor-kator pemerintah, pengadilan, kejaksaan, kepolisian. Wah..wah..wah. Rapat-rapat wakil rakyat banyak anggota tidak hadir, ada yang diluar, dan ada yang di ruang pribadinya menerima tamu. Di kantor-kantor pemerintah, banyak yang hanya ngobrol tidak jelas, main internet dan game, hp, dan ada yang tertidur di kursi. Di kantor-kantor penegak hukum, banyak petugas-petugas yang serius, tetapi ada juga yang membicarakan hal aneh dan rada rahasia.

Yang tidak boleh lewat untuk ditelusuri adalah gedung-gedung sekolah, dari SD sampai SLTA. Ternyata di kelas-kelas banyak siswa yang ngantuk saat belajar, entah karena si anak kurang gizi atau gurunya yang kurang kreatif, entahlah. Tetapi, sepertinya banyak murid dan pelajar Indonesia yang malas belajar. Kata pengamat sih, sistem pendidikan dan pembelajaran Indonesia masih kacau sampai hari ini.

Oh, ada lagi, di Indonesia mau pemilu, sehingga hampir seluruh tempat di Indonesia dipenuhi baliho-baliho, spanduk-spanduk, berisi foto caleg, slogan-slogan, jargon-jargon, ya semacam itulah. Dan di banyak tempat ada kampanye, pengumpulan massa, dan itu... ada yang bagi-bagi duit. Kabar-kabarnya memang, para caleg, kalau mau menang harus mengeluarkan uang yang sangat besar untuk membeli suara. Jadi money politics. Jadi pasal UU yang melarang pemberian uang untuk mempengaruhi pemilih dilanggar secara rame-rame, padahal pelanggaran pasal itu merupakan kejahatan yang diancam pidana penjara bebrapa tahun dan denda puluhan juta.

Oh... Indonesiaku. Banyak sekali masalahmu? Itu baru yang bisa kulihat dari langit, belum kalau aku semakin dekat. Mengapa begini kau oh Indonesiaku? Mengapa sampai hampir 70 tahun merdeka tidak ada pemimpin nasional yang mampu mengurusmu secara baik dan benar?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline