Memang, semakin tinggi pohon, akan semakin kencang angin menerpanya. Kiranya hal seperti itu yang dialami Jokowi semenjak resmi dicapreskan PDIP pada 14 Maret 2014. Beberapa elit partai politik sudah berkali-kali hendak memojokkan Jokowi (termasuk PDIP), seperti Amien Rais dari PAN, Fahri Hamzah dari PKS, dan yang paling getol adalah Prabowo dan orang setianya Fadli Zon dan orang-orang Gerindra.
Di media sosial, walaupun "asbun" cukup banyak yang "menyerang" Jokowi dengan macam-macam isu. Kadang dibilang antek AS-lah, koruptor Trans-Jakarta-lah, capres ngak mikirlah (disebut tidak punya visi-misi), kutu loncatlah, penghianatlah, dsb.
Yang paling muktahir adalah berkaitan dengan isu buruh. Dalam puncak peringatan Hari Buruh Internasional yang digelar Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) di Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (1/5/2014), Jokowi tidak hadir, sementara ada bakal calon presiden hadir, yaitu Prabowo. (Tentu Jokowi punya alasan untuk tidak hadir, demikian pula Prabowo punya alasan untuk hadir. Yang jelas pada peringatan hari buruh kemarin, Presiden KSPI Said Iqbal menyatakan KSPI akan mendukung Prabowo).
Lalu Said Iqbal pun melemparkan "serangan": "Bertemu Jokowi yang kita tahu semuanya itu, mendekati (Pemilu Presiden) 2014, seperti mendekati malaikat Izrail. Tim sukses dan pengamannya itu dahsyat," katanya. Selanjutnya macam-macam tulisan di media sosial bermunculan menuduh Jokowi seolah-olah tidak peduli dengan nasib buruh, dan Jokowi pendukung "outsourcing".
Jokowi Peduli Rakyat Indonesia
Jokowi semenjak Walikota Solo hingga Gubernur DKI sudah menunjukkan kepeduliannya yang sangat besar terhadap rakyat miskin. Walaupun tidak banyak berbicara, tetapi kebanyakan hari, dari pagi hingga malam, Jokowi selalu turun ke lapangan menjumpai "orang-orang pinggiran" dan mengambil tindakan nyata untuk perbaikan hidup mereka.
Jokowi sangat memahami, buruh Indonesia mayoritas masih hidup dalam garis kemiskinan, dan buruh itu adalah bagian dari rakyat Indonesia yang sangat banyak terbelenggu dalam lingkaran setan kemiskinan. Komitmen Jokowi sebagaimana berulangkali disampaikannya adalah ingin memutus lingkiran kemiskinan yang membelenggu rakyat selama ini.
Dugaan saya, Jokowi merasa tak perlu menandatangani kontrak dengan buruh (yang nota bene hanya diwakili oleh KSPI) di atas kertas. Jokowi mau mendantangani kontrak dengan seluruh rakyat Indonesia melalui Pilpres. Kalau dalam Pilpres Jokowi sebagai pemenang, maka secara otomatis Jokowi sudah menandatangani kontrak dengan rakyat bahwa Jokowi harus melaksanakan amanat Konsitusi (Pancasila, Pembukaan UUD 1945, dan Batang Tubuh UUD) dan perundang-undangan yang berlaku, dan tentu Jokowi harus melaksanakan program-program pembangunan dalam segala bidang sebagaimana yang akan dipaparkannya dalam Kampanye Pilpres dalam waktu yang akan datang.
Jadi salah besar kalau orang mengatakan Jokowi tidak peduli nasib buruh, tapi Jokowo tidak mau membuat kedudukan buruh lebih istimewa dari rakyat Indonesia yang bukan buruh. Mengapa Jokowi harus membuat kontrak di atas selembar kertas dengan buruh sementara dengan petani, dengan nelayan, dengan guru, dan lain-lain, tidak?
Rakyat Fight Untuk Jokowi
Saya sudah menyaksikan akhir-akhir ini, banyak orang yang menunjukkan keharuan, bahkan meneteskan air mata kalau melihat Jokowi tampil bicara di televisi. Kemana Jokowi pergi senantiasa membuat massa gemuruh, ada yang histeris, banyak orang meninggalkan kegiatannya sejenak hanya untuk melihat wajah Jokowi lebih dekat.