Lihat ke Halaman Asli

Sinto

Journalist

Asrama: Tinggal di Sana Memang Tidak Enak, namun Jauh Tidak Enak Jika Tinggal di Luar Asrama

Diperbarui: 19 Desember 2018   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

4 bulan sudah kami mengarungi kehidupan diasrama bersama. Tidak terasa waktu ini sangat cepat berlalu. Hingga saat ini kami sudah melewati peristiwa-peristiwa penting yang jarang akan terjadi dikehidupan berikutnya. 

Canda tawa, jahil, aneh terangkum jadi satu dan saling melengkapi bersama. Bagaimana tidak latar belakang kami yang beragam justru membuat kami semakin tegar dalam menghadapi segala kenyataan hidup. Fasilitas hidup asrama telah mendewasakan kami untuk selalu mensyukuri hidup. 

Air kamar mandi sering habis, kamar yang sempit, udara yang panas justru telah memeberikan pengalaman yang berharga kepada kami. Disitu kami menemukan makna hidup bahwa untuk mendapatkan hidup yang sempurna tidak harus dengan fasilitas yang mewah. Cukup dengan berdiskusi, bermain, dan saling membantu itu sudah cukup melengkapi kebahagiaan kami.

Dari kamar mauncullah sebuah aksi baru untuk menaklukkan dunia. Kolaborasi karya namanya. Perasaan senasip sepenanggungan menjadi alas an bahwa kamu harus berubah. Kami dilahirkan dari keluarga yang pada dasarnya kurang berkecukupan. 

Hmmmm dunia terlalu ini terlalu sempit rasanya jika kita tidak menjejakkan kaki diberbagai penjuru Indonesia dan dunia. Salah satu cara kami adalah dengan menempelkan mimpi-mimpi tersebut didinding kamar tersebut. 

Setiap bangun kami baca sehingga aktivitas untuk memulai hari dengan semangat yang tinggi. Kami percaya bahwa dengan adanya mimpi-mimpi tersebut maka esensi hidup kami akan terbentuk.

Kolaborasi karya tidak semata hanya mengikuti kompetisi dan kejuaraan  saja. Namun kolaborasi itu dimulai dengan hal yang kecil. Diasrama kami ada yang namanya GGA atau Gugur Gunung Asrama. Dari situ kami saling bahu membahu dan berbagi peran untuk saling bekerjasama membersihkan berbagai sudut asrama. Tidak ada diantara kami yang berkeluh kesah karena lelah. 

Semuanya dilakukan dengan rasa ikhlas dan penuh dengan rasa kekeluargaan. Meskipun dianatara kami mendapatkan spot yang kurang bagus seperti WC, tempat yang kumuh dan lain-lain namun jikalau dikerjakan secara bersama-sama maka akan terasa ringan dan lebih mendatangkan manfaat. Kami percaya bahwa ketika asrama bersih maka sebuah kolaborasi yang lebih besar akan  mudah kami lakukan.

Sementara saya sendiri bentuk kolaborasi karya yang pernah saya lakukan adalah kami pernah bertiga saya sendiri Sinto, Moh Wahyu Syafiul Mubarok, dan Adyt Al Kautsar bersama-sama mensukseskan ajang kompetisi Airlangga Tapak Suci University Open International Championship yang diselenggarakan di Airlangga Convention Center. Dari sana kami belajar bahwa untuk memulai langkah yang besar harus dimulai dengan langkah yang kecil. 

Tiada kata lelah untuk menyusun rencana kedepan apa yang harus dikerjakan, mana yang prioritas dengan yang tidak hingga bagaimana menjalin hubungan dengan pejabat daerah dan para donator serta sponsor yang ada. Hubungan yang komunikatif adalah kunci untuk mensukseskan ajang kompetisi yang diadakan setiap setahun sekali ini. Dan Alhamdulillah kami bisa mensukseskan ajang kompetisi ini meskipun didalamnya terdapat begitu banyak kekurangan.

Dan selama 4 bulan diasrama kami telah melakukan banyak hal. Mulai dari yang menumbuhkan rasa kekeluargaan, kebersamaan, public speaking hingga kepemimpinan. Bentuk kegiatan kami diantaranya adalah dialog tokoh virtual dimana itu mengajarkan kami bagaimana berdialektika dan membuka wawasan kami tentunya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline