Lihat ke Halaman Asli

Sintia Anggela

Mahasiswa Semester 4-Universitas Palangka Raya

Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Eco Enzyme bagi Rumah Tangga

Diperbarui: 9 Mei 2023   19:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia Lestari. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sampah kini menjadi masalah umum yang terjadi di banyak tempat di Indonesia. Jumlah sampah cenderung meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya taraf hidup. Namun, seringkali pemerintah kota tidak memiliki kapasitas lebih untuk melakukan pengelolaan sampah untuk mengimbangi jumlah sampah yang terus meningkat. 

Sampah adalah bahan yang tidak berguna, tidak digunakan atau bahan yang terbuang sebagai sisa dari suatu proses (Moerdjoko, 2002). Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi kegiatan: pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan kembali sampah (Prabekti, 2020). Sampah biasanya berupa padatan atau setengah padatan yang dikenal dengan istilah sampah basah atau sampah kering.

Sampah organik (dapat terurai) adalah sampah yang sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa organik (limbah sayuran, kotoran hewan atau feses) yang mudah diuraikan oleh organisme hidup, terutama mikroorganisme. 

Paradigma pengelolaan sampah yang didasarkan pada pendekatan definitif saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma pengelolaan sampah yang baru. Paradigma baru melihat sampah sebagai sumber daya dengan nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan, misalnya sebagai energi, kompos, pupuk atau bahan baku industri. 

Sampah organik (dapat terurai) adalah sampah yang sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa organik (limbah sayuran, kotoran hewan atau feses) yang mudah diuraikan oleh organisme hidup, terutama mikroorganisme. Sampah organik merupakan salah satu limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga, pada tahun 2023 sudah banyak beredar mengenai cara pemanfaatan sampah-sampah tersebut. Salah satunya ialah sebagai pupuk cair atau eco enzyme.

Eco Enzyme adalah ekstrak cair dari sisa sayuran dan residu buah-buahan yang difermentasi dengan gula merah, gula pasir, atau tetes tebu sebagai substrat. Eco enzyme dapat dibuat dari buah-buahan yang difermentasi, yang berasal dari limbah buah dan sayuran. Bahan-bahan tersebut mudah diperoleh dan bila digunakan sebagai bahan untuk menghasilkan eco enzyme sebagai mikroorganisme lokal, aman bagi tanah. 

Rumah tangga dapat menggunakan limbah organik sehari-hari untuk produksi eco enzyme. Sisa makanan seperti kulit buah, sayuran dan sisa daging dapat diparut dan dicampur dengan gula dan air. 

Campuran tersebut bisa disimpan dalam wadah kedap udara selama beberapa minggu hingga terfermentasi. Pada akhir proses fermentasi, eco enzyme siap digunakan.

Pemanfaatan sampah organik sebagai eco enzyme dapat membawa banyak manfaat bagi rumah tangga. Dapat mengurangi sampahnya dengan mengolah sampah organik menjadi eco enzyme. Ini membantu mengurangi beban limbah di tempat pembuangan sampah dan mengurangi dampak lingkungan yang berbahaya. 

Selain itu, eco enzyme juga lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan kimia pembersih dan pestisida yang biasa digunakan di rumah. Terbuat dari bahan alami, eco enzyme tidak menyebabkan polusi atau mencemari lingkungan seperti bahan kimia. Selain manfaat lingkungan, pemanfaatan sampah organik sebagai eco enzyme juga dapat menghasilkan manfaat ekonomi bagi rumah tangga. 

Dengan menggunakan eco enzyme lebih ramah lingkungan daripada membersihkan bahan kimia dan pestisida, rumah tangga dapat menghemat uang dalam jangka panjang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline