Lihat ke Halaman Asli

rdsinta

Content writer

Kasus Cacar Monyet Mulai Masuk ke Indonesia?

Diperbarui: 24 Oktober 2023   09:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi cacar monyet via unsplash.com 

Indonesia kembali digegerkan dengan adanya temuan virus cacar monyet. Meskipun begitu, penyakit cacar monyet termasuk penyakit zoonosis langka dan dapat menular. Virus cacar monyet ini menjadi sorotan kembali lantaran terdapat kemungkinan adanya transmisi lokal atau penularan secara langsung setelah adanya 1 kasus baru yang muncul di Indonesia. Perlu diketahui bahwa virus cacar monyet ini biasanya tidak terlalu fatal karena tingkat kematian akibat infeksi virus ini hanya berkisar 0,17% saja kecuali untuk kelompok orang yang memiliki resiko tinggi harus lebih waspada karena lebih sulit untuk sembuh sendiri.

Penularan cacar monyet ini bisa saja melalui sentuhan langsung antara seseorang dengan virus dari hewan yang terinfeksi, antara orang dengan orang yang terinfeksi atau bahan yang telah terkontaminasi virus. Penyakit ini pula dapat menyebar melalui droplet pernapasan ketika anda melakukan kontak langsung secara berkepanjangan. Walaupun dinamakan cacar monyet, namun monyet bukanlah reservoir utama karena virus ini bisa saja ditularkan melalu hewan pengerat seperti tikus dan tupai yang terinfeksi atau bahkan manusianya langsung. Namun, untuk penularan dari manusia ke manusia cukup intens dan membutuhkan waktu lama itu sebabnya kasus cacar monyet masih bisa dihitung jari.

Cara penularan lain yang berpotensi virus ini terus tumbuh diantaranya karena adanya luka terbuka yang terinfeksi virus, memakan daging hewan liar yang sudah terinfeksi, adanya cakaran dan gigitan dari hewan yang terinfeksi atau adanya benda yang terkontaminasi. Masa inkubasi virus ini biasanya 6-16 hari atau dapat berkisar dari 5-21 hari.

Siapapun dapat berpotensi terkena penyakit cacar monyet ini namun yang paling beresiko tinggi yaitu ibu hamil, anak di bawah umur 8 tahun, pasien imunocompromise seperti penderita HIV/AIDS yang tidak terkontrol, dan penderita penyakit kulit kronis.

Pada manusia, gejala cacar monyet ini cenderung mirip dengan gejala cacar air tetapi lebih ringan. Perbedaan utamanya yaitu pada cacar monyet akan terjadi pembengkakan (limfadenopati) pada kelenjar getah bening dan hal ini tidak ditemukan pada gejala cacar air. Gejala awal cacar monyet ini biasanya muncul demam tinggi disertai dengan ruam selama 1-3 hari yang menyebar secara bertahap kemudian ruam tersebut berkembang menjadi bintik merah seperti cacar, lepuh dan berisi cairan bening atau nanah yang mengeras hingga akhirnya rontok. Gejala cacar monyet ini akan berlangsung selama 2-4 minggu sampai periode lesi menghilang dan rontok.

Cacar monyet ini sebenarnya bisa sembuh sendiri namun untuk mecegah penularannya agar tidak berkembang secara luas maka pemberian vaksin mampu membantu mencegah penularannya untuk mengendalikan dan memperlambat wabah. Selain itu, terdapat pula cara sederhana yang bisa dilakukan seperti menghindari kontak langsung dengan bewan yang menjadi sarang virus, menghindari kontak fisik langsung dengan orang yang terinfeksi dengan menggunakan APD saat merawat pasien, memasak daging dengan benar dan matang, memisahkan pasien yang terinfeksi dengan yang berisiko terkena infeksi, dan mencuci tangan dengan benar saat setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi.

Walaupun penyakit cacar monyet ini masih terbilang langka di Indonesia dan hanya beberapa kasus saja yang terdeteksi alangkah baiknya untuk tetap saling menjaga kebersihan dan jangan melewatkan pemberian vaksin cacar ini karena penelitian menyebutkan bahwa 70% orang di dunia tidak memiliki imunitas terhadap cacar air karena belum mendapatkan vaksin cacar air. Jadi, jangan abaikan ya!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline