Lihat ke Halaman Asli

Work-Life Balance

Diperbarui: 13 Mei 2023   15:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : StartupStockPhotos dari Pixabay

Apa itu Work-Life Balance ? 

Dilansir dari laman Kemkes (2022), Work-Life Balance atau Keseimbangan Kehidupan Kerja merupakan sebuah cara bekerja dengan tidak mengabaikan semua aspek kehidupan kerja, pribadi, keluarga, spiritual, dan sosial. 

Singkatnya, Work-Life Balance yaitu keadaan keseimbangan dimana seseorang sama-sama memprioritaskan tuntutan karir pekerjaannya dan tuntutan kehidupan pribadinya.

Selain itu, dilansir dari tulisan seorang praktisi HR di laman LinkedIn (2023), Work-Life Balance adalah suatu kondisi ketika seseorang mampu mengelola diri (waktu, energi, dan tanggung jawab) sehingga memiliki kehidupan pekerja dan non-pekerjaan yang seimbang.

Seberapa pentingkah Work-Life Balance ini untuk kehidupan kita ?

Work-Life Balance sangat penting dimiliki oleh setiap orang, agar kegiatan atau rutinitasnya lebih produktif dan kondisi jiwa raga sehat.

Selain itu, dilansir dalam laman djkn kemenkeu, Work-life balance itu penting karena dapat meningkatkan produktivitas. Karena dengan keseimbangan kehidupan di kantor dan di luar kantor, akan membuat pegawai menjadi lebih bahagia. Perasaan bahagia itu akan membuat pegawai menjadi lebih produktif dan mampu memberikan inovasi-inovasi untuk kinerjanya yang baik.

Keseimbangan dalam Work-Life Balance ini dapat dimiliki seseorang saat dirinya sudah memiliki perasaan cukup waktu dan energi untuk melakukan semua aspek penting dalam hidupnya. Artinya, perlu adanya keterampilan dalam membagi waktu agar seseorang dapat meemiliki kehidupan yang seimbang.

Hal apa yang menyebabkan gagal Work-Life Balance ?

  • Burnout 

Burnout adalah kondisi berhenti “membakar” atau berhenti bekerja karena terlalu “panas”. Terlalu banyak tekanan dan tuntutan, tetapi minimnya istirahat.

Burnout menyebabkan terjadinya penurunan produktifitas yang drastis, mudah marah, kesal atau tersinggung, kehilangan motivasi, dan merasakan lelah yang sangat tinggi, hal tersebut terlepas dari seberapa banyak waktu  istirahat yang telah dimanfaatkan.

  • Overthinking

Overthinking adalah dimana kondisi otak melakukan terlalu banyak berfikir tentang sesuatu. Apalagi sesuatunya itu hal yang belum tentu terjadi. Overthinking tersebut bahkan sampai menyebabkan pada titik dimana pikiran tersebut tidak ada gunanya.

Overthinking dapat menghalangimu untuk terlibat secara utuh dengan dunia tempatmu hidup, mencegahmu membuat keputusan penting, menjauhkanmu dari momen-momen menyenagkan dan menghabiskan energi yang sebenarnya dapat digunakan untuk menghadapi realita.


Bagaimana agar karir dan kehidupan pribadi berjalan Work-Life Balance ?

  • Pertama, ketika kita sedang mengalami overthinking. Kita harus segera mencari ketenangan. Misalnya lakukan lah relaksasi (peregangan otot) sekitar 5-10 menit.
  • Ke-dua, jangan berfikir terlalu keras untuk hal-hal yang seharusnya bukan menjadi tugas dan fokus berfikirmu saat itu. Lupakanlah sejenak, rileks, atur nafas dan pejamkan mata sebentar saja selama 1-2 menit.
  • Ke-tiga, berilah waktu dan ruang untuk jeda sejenak dari pikiran berat saat itu. Misalnya jika kamu masih di kantor, izin pergilah ke Pantry sejenak untuk sekedar ambil air minum atau menyeduh secangkir kopi, teh atau coklat panas. Dilansir dalam laman Healthline (2019), Kandungan Kafein yang bersifat stimulan yang kuat dalam kopi dan teh dapat membantu rileksasi bahkan perbaikan mood atau suasana hati. Sedangkan menurut Kemenkes (2022), kandungan senyawa theobramine dan phenylethylamine dalam coklat mempunyai peran yang penting dalam mengatur perasaan senang atau bahagia pada seseorang.
  • Ke-empat, lakukanlah olahraga walaupun yang ringan, namun konsisten. Olahraga dapat mengeluarkan endorfin dan menaikan mood. Selain itu, perlu dijaga pola makannya dengan baik. Agar kita lebih sehat secara fisik dan mental.
  • Ke-lima, kamu perlu belajar untuk melakukan skala prioritas dalam pekerjaanmu. Sehingga, kamu dapat mengerjakan hal yang penting, dan harus berani bilang tidak untuk pekerjaan yang tidak begitu mendesak.
  • Ke-enam, kamu perlu meditasi. Gunanya agar kamu bisa lebih fokus dan sadar akan momen saat ini. Karena dalam meditasi kamu akan latihan pernafasan dan kefokusan.
  • Ke-tujuh, pakailah istirahat makan siang untuk benar-benar istirahat. Kalau bisa hindari makan sambil bekerja.
  • Ke-delapan, kamu perlu membuat batasan pekerjaan diluar jam kerja ya. Kalau bisa kamu tidak perlu membalas e-mail, mengangkat telpon kerja diluar jam kerja. Namun, memang sepertinya hal ini agak sulit pada situasi pekerjaan yang memang tipe pekerjaannya mobile, fleksibel dan berhubungan dengan customer. Tapi dicoba saja sesuaikan dengan tipe pekerjaanmu ya.
  • Ke-sembilan, kamu perlu lepaskan sifat perfeksionis. Karena semakin pekerjaanmu terlihat perfect maka potensi untuk burnout itu akan ada. Tidak perlu mengejar sempurna, tapi berikanlah yang terbaik.
  • Ke-sepuluh, Quality Time. Iya ini sangat penting buat recharge diri kamu sendiri. Selain untuk diri sendiri dapat lebih dekat juga dengan keluarga.
  • Ke-sebelas, jika kamu ingin memulai kebiasaan baru yang baik. Mulailah dari hal yang kecil, hindari langsung perubahan drastis.
  • Ke-duabelas,  lakukan yang kamu cintai. Jika hobimu misalnya menulis artikel, lakukanlah hobimu itu di rumah ataupun di kost. Karena dengan melakukan pekerjaannya dapat membuat kamu bahagia dan bisa melepaskan tekanan dari pekerjaanmu.

Referensi :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline