Lihat ke Halaman Asli

Sinsya Raudhatul Syapikah

Mahasiswi Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Siliwangi

Paradigma Perpustakaan di Era Digital: Animo Masyarakat hingga Perannya dalam Membangun Growth Mindset

Diperbarui: 25 Juni 2024   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Era digital merupakan era diterapkannya teknologi elektronik di hampir semua bidang

kehidupan. Dalam perjalanan perkembangannya, waktu yang dianggap genting adalah pada
akhir tahun 1950 sampai dengan 1970-an, di mana pengembangan teknologi komputasi terus
menerus dilakukan hingga memunculkan fenomena internet dengan berbagai macam aplikasi
dan fungsinya (Prasetyo, AA, 2019). Saat ini, semua informasi dapat diakses dengan mudah
dan cepat, di manapun dan kapanpun melalui media sosial serta produk internet lainnya seperti
mesin pencari. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi perpustakaan sebagai
penyedia informasi konvensional. Dengan semakin mudahnya perolehan informasi ini,
semakin berkurang pula keinginan masyarakat untuk bekunjung ke perpustakaan, ditambah
lagi dengan paradigma yang tertanam di masyarakat bahwa perpustakaan yang notabenenya
harus ditempuh dengan jarak tertentu dan identik dengan jejeran buku di rak dengan susunan
yang terkadang tidak teratur, membutuhkan waktu pencarian yang lama untuk mendapatkan
informasi yang diinginkan. Meskipun begitu, perpustakaan memiliki peran dalam membangun
mentalitas manusia salah satunya dalam mebangun (Dweck, 2006 dalam (Sari & Setiawan,
2023)).
Growth mindset menjadi pola pikir yang sangat penting untuk dimiliki di tengah
ketatnya persaingan di dunia kerja saat ini. Hal tersebut sejalan dengan hasil studi yang
dilakukan oleh Wiguna & Netra (2020) yang menunjukkan bahwa growth mindset dapat
mempengaruhi kinerja seseorang secara positif dan signifikan karena pola pikir ini mendorong
individu untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan dan tidak takut akan kegagalan
sehingga menghasilkan peningkatkan kinerja yang dapat membuatnya mampu bersaing dengan
individu lain.
Perpustakaan pada perannya dalam membangun growth mindset lebih tepatnya yaitu
menjadi wadah bagi setiap orang untuk mengeksplorasi pengetahuan melalui banyaknya
sumber pustaka yang disediakan. Melalui tugas dan fungsinya sebagai penyedia literatur, data,
informasi, dan penyimpan sejarah referensi, perpustakaan dapat menjaga berbagai macam
produk budaya umat manusia agar tetap lestari keberadaannya melalui dokumen cetak, dan
karya rekaman lainnya sehingga perpustakaan dapat menjadi lembaga atau unit organisasi yang
mampu membantu menyebarluaskan pendidikan karena setiap pemikiran, gagasan, dan
pengalaman manusia dapat tersampaikan kepada generasi-generasi selanjutnya di masa yang akan datang (Liberni et al., 2022). Tidak menutup kemungkinan dengan berkunjung dan
membaca buku di perpustakaan, seseorang dapat menemukan buku yang berisi kisah
perjalanan dari tokoh-tokoh yang telah sukses di bidangnya masing-masing. Hal ini dapat
memberikan motivasi bagi pembaca untuk meningkatkan kemampuan diri dan mencapai
standar hidup yang diinginkannya.
Berbagai sumber bacaan yang ada di perpustakaan selain dapat menambah
pengetahuan, juga dapat membantu mengubah cara pandang masyarakat terhadap berbagai
macam bentuk permasalahan, sehingga dengan berkunjung dan membaca di perpustakaan
dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku, mendukung pengembangan diri yang telah ada
sebelumnya atau bahkan membantu menemukan kemampuan baru yang lebih sesuai dengan
minat dan bakat yang dimiliki, meningkatkan profesionalaisme dan kemampuan penyelesaian
masalah, serta meningkatkan kepercayaan diri suatu individu (Riraningrum, 2019).
Perpustakaan saat ini berada pada posisi yang kurang menguntungkan namun di sisi
lain tidak pula dirugikan. Dalam hal kecepatan proses pemberian informasi, perpustakaan
memang masih tertinggal dari sosial media dan juga website-website lainnya. Namun, dengan
kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, seperti tersedianya buku fisik yang dapat lebih nyaman
untuk dibaca, fasilitas berupa tempat untuk membaca, pustakawan yang dapat membantu
proses pencarian buku atau informasi, dan yang paling penting yaitu tersedianya beragam
informasi dalam bentuk cetak dari berbagai bidang dengan kredibilitas yang terjamin. Hal-hal
tersebut seharusnya menjadikan perpustakaan sebagai tujuan utama bagi orang-orang yang
ingin mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan yang terjamin kredibilitasnya.
Kehadiran internet saat ini seharusnya bukan menjadi ancaman, melainkan menjadi
peluang bagi perpustakaan untuk dapat semakin eksis melalui upaya promosi yang lebih giat
dan perlengkapan perangkat komputer serta koneksi internet. Hal tersebut dapat membuat
Masyarakat, terutama generasi millennial dan generasi Z yang tidak dapat dipisahkan dari
gadget dan internet, semakin merasa nyaman berada di perpustakaan. Sebagai bentuk Upaya
promosi lainnya, perpustakaan juga dapat memunculkan inovasi baru seperti pencarian buku
melalui media digital dan mengadakan tempat-tempat yang tidak hanya nyaman digunakan
untuk membaca tetapi juga memiliki nilai etetika yang tinggi. Untuk dapat menarik minat
generasi muda, perpustakaan harus dapat menawarkan inovasi dan memanfaatkan mediamedia digital sehingga dapat tetap relevan dengan kondisi dan kebiasaan hidup masyarakat saat ini.
Dengan segala kemudahan dan keinstanan yang ditawarkan media digital, saat ini,
masyarakat sepenuhnya merasa dilayani dengan sangat baik. Maka seperti itu pula bagaimana
masyarakat membayangkan ketika berkunjung ke perpustakaan yaitu mendapatkan pelayanan
yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, perpustakaan saat ini hendaknya tidak hanya
memfasilitasi Masyarakat untuk meminjam atau mengembalikan buku saja, namun juga perlu
adanya peningkatan selain dari aspek kenyamanan fasilitas, kecepatan koneksi internet, dan
kecepatan pencarian buku, melainkan perlu juga adanya peningkatan pelayanan jasa informasi
seperti keramahan layanan dari pustakawan (Prasetyo, 2019). Dengan begitu, perpustakaan
dapat menjalankan salah satu tugas pokok dan fungsimya secara tepat yaitu mengikuti
perkembangan sistem kepustakaan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) (Arya, 2011). Dengan dilaksanakannya hal tersebut kemudian dapat
merubah paradigma yang ada bahwa "mencari informasi dan referensi di perpustakaan
membutuhkan waktu yang lama" menjadi paradigma bahwa "mencari informasi di
perpustakaan itu cepat dan nyaman" karena didukung dengan berbagai fasilitas yang relevan
dengan kebutuhan pengunjung dan dibantu oleh pustakawan yang ramah dan kompeten di
bidangnya.
Selain itu, kehadiran internet dan trend-trend yang digemari masyarakat juga
seharusnya membuka kesempatan bagi perpustakaan untuk tidak terlalu bergantung pada badan
induk sehingga kondisinya tidak akan monoton dan konstan karena tidak mendapat cukup
suntikan dana. Melainkan perpustakaan harus dapat berdiri sendiri dengan melakukan upaya
pemasaran dengan mengadakan hal-hal kekinian yang dapat menarik minat masyarakat seperti
desain ruang yang modern dan tersedianya makanan serta minuman dengan harga yang
terjangkau sehingga perpustakaan dapat menjadi satuan unit yang menghasilkan pendapatan.

REFERENSI
Arya, D. (2011). METAMORFOSA PARADIGMA PERPUSTAKAAN; Dari not for profit
sector menuju income generating unit dengan pemasaran perpustakaan. Edulib, 1(1),
27--38. https://doi.org/10.17509/edulib.v1i1.1141
Liberni, Y., Maldun, S., & Haslinda, N. (2022). Pengembangan Perpustakaan Daerah Dalam
Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 Di Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur.
Jurnal Publician, 43, 36--43. https://journal.unibos.ac.id/jp/article/view/1367
Prasetyo, A. A. (2019). Dampak Era Digital Terhadap Perpustakaan Sebagai Upaya Menarik
Generasi Milenial. Tibanndaru : Jurnal Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, 3(2), 1.
https://doi.org/10.30742/tb.v3i2.761
Rintaningrum, R. (2019). Explaining the important contribution of reading literacy to the
country's generations: Indonesian's perspectives. Journal of Turkish Science
Education, 11(1), 3-23.
Sari, D. A. K., & Setiawan, E. P. (2023). Literas Baca Siswa Indonesia Menurut Jenis
Kelamin, Growth Mindset, dan Jenjang Pendidikan: Survei PISA. Jurnal Pendidikan
Dan Kebudayaan, 8(1), 1--16. https://doi.org/10.24832/jpnk.v8i1.3873

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline