[caption id="" align="alignnone" width="605" caption="foto pribadi "][/caption] Oleh: Sinna Hermanto Pertamanya Di sana, di dunia maya awalnya Saya pemula, Anda seniornya Saya bukan reinkarnasi siapa-siapa, Anda titisan pujangga Saya membaca, Anda meraciknya Saya terpesona, Anda terpuja Pada kata Pada rima Pada harap bersayap sukma Keduanya Saya terbuai, Anda membelai Akankah ini bertunai? Ya, melambungkan angan ke tingkat tinggi ... (sendiri) Ada sekerat semangat Ada getar dalam lindap Ada gejolak tertahan sekap Ketiganya Sua di ujung kata "Iya?" aha aha Sekeder berjumpa Sebatas menyata dan tatap mata "Iya." aha aha Keempatnya Di sana, di panggung sastra Anda aktornya, saya panitianya Anda bintang idolanya, saya antri tanda tangannya Di sana, di belakang panggung sastra Anda dan Saya menjadi kita Langit bergema Gempa Kelimanya "Kubawakan sesuatu untukmu." "Apa itu?" "Antologi kita, di penginapan, tinggal satu." "Lalu?" "Jika ada waktu, temaniku ambil untukmu." Satu anggukkan tanda setuju Keenamnya Koridor meneror sunyi Menelanjangi langkah ragu dua pasang kaki "Kita sudah sampai." Dan lalu Kita melaju hingga balik pintu Dan ... astaganaga Pintu terkunci dengan sengaja Antologi hanya alibi penjerat mangsa Hingga nafsu meraba dada dan pangkal paha Selanjutnya "Hahaha." "Kenapa tidak menampar?" "Cinta kilat yang dikejar?" STOP! Di sana, di mana-mana, salah ada pada wanita Luluh saja di kandang singa Dan akhirnya Kita menjadi Anda dan saya Anda bebas berkelana, saya sakit jiwa Anda kian tak terjamah pada besarnya nama, Saya (masih saja calon) seorang pensyair (wanita) Anda nyenyak di istana, saya meringkuk di penjara
*******
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H