Lihat ke Halaman Asli

Berkata: La

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="" align="alignnone" width="576" caption="doc.pri"][/caption] Seperti kata kakak, cukup setitik benci untuk merubuhkan gunung cinta, perlu sedikit gesekan rindu untuk membasuh perih yang tersisa. Kau masih ingat? Bila lupa, ke mari, di dekatku sini, biar kubisikkan kisahnya. Tapi kau harus menutup mulutmu, membutakan matamu, sesaat, agar ia bisa meresap. Bila masih tak ingat juga, ke mari, di dekatku sini, biar kuperlihatkan sisa-sisa kopi pagi ini. Pahitnya, asamnya, dan pertarungan keduanya setelah sekian waktu berjeda. "Siapa suruh mengabaikan hati?" "Siapa suruh mengabaikan nurani?" "Siapa suruh mengabaikan logika bila mereka meneriakkan 'la'!" *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline