Lihat ke Halaman Asli

Khoirun Nizam

Menulis untuk dikenang dan abadi

Tuai Hasil Minor di Malaysia dan Indonesia, Inikah Akhir dari Seorang Lin Dan?

Diperbarui: 12 Februari 2018   18:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lin Dan (sumber foto: bola.com)

Juara Olimpiade, Juara Asian Games, Juara Asia, dan puluhan gelar juara super series adalah serentetan gelar yang telah diraih Lin Dan. Atlet Tiongkok berjuluk Super Dan ini memang melegenda karena telah mengoleksi gelar-gelar penting dalam bulu tangkis secara komplit. 

Secara perkasa, berhasil membuat Lee Chong Wei gagal mempersembahkan medali emas olimpiade pertama cabang bulu tangkis bagi Malaysia. Pasalnya, dua kali pula Lin Dan mengalahkan Chong Wei di Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012. Dan kini, keduanya masih turut meramaikan ketatnya persaingan Tunggal Putra Dunia.

Adalah mengejutkan ketika Lin Dan harus kalah di babak 32 besar pada dua turnamen awal 2018, yakni pada Malaysia Masters 2018 dan Daihatsu Indonesia Masters 2018. Pada Malaysia Masters 2018 (17/01) Lin Dan dipermalukan tunggal putra muda Indonesia, Ihsan Maulana Mustofa di pertandingan yang berlangsung secara rubber game 16-21 21-18 17-21 selama 1 jam 11 menit. 

Sedangkan di Indonesia Masters kemarin (24/01), Lin Dan lagi-lagi menyerah dari tunggal putra muda yang kali ini dari Thailand, Kantaphon Wangcharoen. Kantaphon menang dua set langsung 21-15 21-19 dalam 41 menit.


Era Tunggal Putra Baru

Kalahnya Lin Dan di dua turnamen secara beruntun apalagi di babak pertama dan melawan pemain muda adalah penuh tanda tanya. Saya sendiri beranggap bahwa era seorang Lin Dan telah berakhir. Pemain muda dunia sudah mulai menunjukkan kualitasnya dan siap mendepak para atlet senior.

Tiga tunggal putra Indonesia yang membuat kejutan di Malaysia Masters 2018| Sumber: Twitter @YonexAllEngland

Saya memprediksi akan terjadi perubahan peta persaingan terutama di sektor tunggal putra dunia yang tidak lagi didominasi Tiongkok. Ke depan akan ada dua negara, yakni Denmark dan Indonesia yang akan saling mendominasi. Setelah berakhirnya era Jan O Jorgensen, Denmark langsung mengorbitkan banyak pemain muda bintang seperti Victor Axelsen (Juara Dunia, Perunggu Olimpiade 2016, Rank 1 Dunia) kemudian ada juniornya yang tak kalah membahayakan ada Anders Antonsen, Emil Host, Rasmus Gemke. 

Indonesia sendiri ada Anthony Sinisuka Ginting (Juara Korea Open 2017) bersama Jonathan Christie (Runner Up Korea Open 2017) dan tentu Ihsan Maulana Mustofa yang mengalahkan Lin Dan. Jika berbicara pemain putra Indonesia dan Denmark tentu akan muncul rivalitas. Pasalnya Denmark adalah pemegang Thomas Cup dan Indonesia sebagai runner-up.

Regulasi Baru BWF

Mungkin saya terlalu berspekulasi jika menganggap kalahkan Lin Dan sebagai bentuk protes halus pada BWF terkait dengan jadwal turnamen yang begitu padat. Ya, aturan baru BWF mengharuskan seorang atlet mengikuti 12 turnamen, jika tidak maka akan dikenai denda. Tentu untuk pemain yang sudah berumur akan sangat memberatkan. 

Victor Axelsen dan Lee Chong Wei bahkan melakukan protes terhadap kebijakan baru tersebut. Dikutip dari juara.bolaspots.com Axelsen mengatakan:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline