"ACTOR" Aerobic Bioreactor - Dokpri
Berternak kelinci sebenarnya hampir sama dengan ternak yang lain, namun akhir-akhir ini bisnis ternak kelinci lebih sepi peminat. Pasalnya permintaan dan penjualan kelinci yang fluktuatif dan sangat bergantung pada permintaan trend di pasar sehingga pendapatan peternak tidak menentu.
Peternak pun pernah tidak mendapatkan keuntungan sama sekali hingga 2 bulan dikarenakan iklim yang tidak sesuai.Kelompok Ternak Kelinci AKUR merupakan salah satu peternakan kelinci yang masih aktif di Kota Batu.
Dengan jumlah kelinci 300-450 ekor kelompok ternak kelinci akur memiliki potensi limbah 50-70 kg kotoran padat menjadi pupuk kompos untuk meningkatkan keuntungan peternak.
Untuk mengatasi permasalahan rupiah yang selama ini menjadi kendala peternak 5 mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya yaitu Rachmad Wijaya, Achmad Ilmi Arya Putra, Lucky Wiratama, Vera Cahya Rinjani, Riyadlotul Ula, dibawah bimbingan Dosen Dr. Ir Gunomo Djoyowasito, Ms. menciptakan teknologi yang mempermudah pengolahan kompos bernama ACTOR (Aerobic Bioreactor).
Teknologi ini mengaplikasikan kontrol suhu, dan kelembaban untuk mengoptimalkan proses pengomposan. ACTOR memudahkan peternak untuk mengolah kotoran kelinci menjadi pupuk kompos dengan sistem otomatisasi tinggi berbasis Fuzzy Logic System dan kontrol penyimpanan berbasis IoT System yang tersambung dengan Aplikasi Blynk sehingga peternak kelinci dapat dengan mudah memantau kondisi terkini proses pengomposan.
Dengan kapasitas hingga 70 kg pupuk tiap minggunya, diperkirakan ACTOR mampu meningkatkan profit peternak 300 ekor kelinci minimal 3,5 juta setiap bulannya.
Keunggulan lainnya, yaitu penggunaan energi yang sangat rendah dan waktu pengolahan kompos yang singkat hingga 3x lipat lebih cepat dari perlakuan konvensional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H