Lihat ke Halaman Asli

ANNA JULIANTO

manusia biasa

Pulang

Diperbarui: 1 Juni 2019   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Pagi hari setelah sholat subuh Budi mengayuh sepeda tua warisan almarhum sang ayah dari kos-kosan di daerah Laweyan, Solo menuju pasar Gede tempat grosir pedagang buah untuk membeli buah salak yang nanti akan dijual lagi. 

Budi adalah penjual buah keliling yang tiap hari berkeliling menjajakan buah ke seluruh antero kota Solo, buah yang di jajakan tergantung musim dan juga tergantung feeling dia dan dia dalam sekali jualan hanya menjual satu jenis buah saja yaitu kalau tidak buah salak saja, dia akan jual buah jeruk saja tergantung mana yang lagi musim karena kalau pas musim harga buah jadi lebih murah sehingga modal yang dibutuhkan sedikit dan untung bisa lebih besar.

Budi adalah pemuda miskin dari sebuah desa di Wonogiri yang jaraknya sekitar 30 Km arah selatan Kota Solo merantau ke kota solo sudah lebih dari 3 tahun dan di kota solo dia tinggal dalam satu kamar kos yang diisi 4 orang yang semuanya adalah tetangga di desanya. Tempat kos Budi adalah rumah kuno milik seorang duda pensiunan pegawai negeri sipil yang juga tinggal di rumah tersebut. Di dalam rumah kos tersebut hanya terdiri dari 5 kamar kos saja yang disewakan dan penghuninya beragam pekerjaan, ada yang jadi penjual bakso keliling, ada yang jadi satpam super market, ada yang jadi cleaning servis, ada yang penjual makanan keliling dan sedangkan budi serta teman-temannya adalah penjual buah keliling.

Biaya kos di rumah ini sangat murah karena cuma 250 ribu per bulan untuk satu kamar dan pemilk kos termasuk orang sabar karena jika jatuh tempo pembayaran uang kos dan ternyata penghuni kos belum punya uang maka pemilik tidak mengusir dan masih memberi tenggang hingga berminggu - minggu.

Pemilik kos bernama bapak Joyo, dia membuat rumahnya jadi tempat kos bukan karena butuh uang tapi butuh teman untuk ngobrol dan main catur jadi di rumahnya tidak ada tanda "menerima kos", karena kebanyakan yang tinggal di kos tersebut adalah penghuni yang lebih dari 5 tahun dan semuanya masih bertetangga di desanya jadi yang jadi penghuni baru adalah karena rekomendasi dari penghuni sebelumnya. 

Pak Joyo menjadikan rumahnya menjadi kos semenjak isrerinya meninggal dan anak semata wayangnya tinggal jauh di Jakarta beserta suami serta anak- anaknya. Sebenarnya anaknya menyarankan untuk mengontrakan saja seluruh rumahnya dan pak Joyo tinggal bersamanya, tapi pak Joyo menolaknya karena tidak mau merepotkan anaknya dan tidak mau meninggalkan rumah yang sudah ditinggali puluhan tahun dan juga tidak mau meninggalkan teman dan tetangganya meski sudah banyak teman ataupun tetangganya yang meninggal dunia.

Hari ini hari terakhir di bulan ramadhan, Budi melihat isi dompetnya dan menghitung jumlah uangnya ternyata hanya tinggal 90 ribu rupiah yang merupakan hasil dagangnya dan bulan ramadhan kali ini banyak sekali cobaan yang dia hadapi dari penjualan yang kurang memuaskan sehingga banyak buah yang tidak laku dan akhirnya busuk, dan juga ban sepedanya harus diganti dua -duanya belum lagi dia harus ke dokter karena sakit.

Suasana kos sore hari ini sudah sepi hanya ada pak Joyo yang lagi nonton TV di ruang tengah. dan saat itu Budi tengah duduk di depan kamarnya dan tahu ada Budi yang masih berada di rumah maka pak joyo menghampirinya dan berkata" Lho mas Budi kok tidak Pulang kampung?

Budi: "Iya Pak mungkin saya tidak pulang karena uang saya lagi mepet"

Pak Joyo: " Apa mau pinjam uang?"

Budi: " Oh Tidak terima kaih pak"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline