Lihat ke Halaman Asli

Resensi Buku | "Beungong Meulu" (2017)

Diperbarui: 6 Januari 2019   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri


Judul           : Beungong Meulu
Penulis       : Tri Iryani Hastuti                       Penerbit     : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Tahun         : 2017
Tebal           : 59 halaman + 8 halaman prakata dan daftar isi
Bahasa       : Indonesia
Sampul      : Latar biru, kuning dan hitam

Gambar 1.

Sampul Buku

Sumber:

http://repositori.kemdikbud.go.id/5533/

Buku ini ditulis oleh Tri Iryani Hastuti. Ia lahir pada tanggal 16 Februari 1962. Ia adalah seorang ahli Bahasa dan Sastra yang bekerja di Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Ia berasal dari Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Padjajaran, Bandung. Di usianya yang terbilang sudah tidak muda lagi, beliau mampu menghasilkan karya yang indah yaitu telah menerbitkan cerita rakyat yang berjudul Beungong Meulu.


Buku ini merupakan salah satu karya sastra yang berupa cerita rakyat. Buku ini cocok untuk anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar terutama untuk anak yang berusia 10-12 tahun. Karena dalam novel ini mengandung nilai moral dan unsur-unsur pendidikan, cinta lingkungan, adat istiadat, dan  cinta tanah air.


Dalam cerita rakyat yang berjudul Beungong Meulu ini, Tri Iryani Hastuti menulis kembali cerita tersebut yaitu dengan adanya buku ini bisa menjadi pemantik bagi anak sekolah, pegiat literasi, dan warga masyarakat untuk meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis dan kemahiran berbahasa Indonesia. Selain itu, dengan membaca  buku ini, siswa dan pegiat literasi diharapkan mengenali dan mengapresiasi kebinekaan sebagai kekayaan kebudayaan bangsa kita yang perlu dan harus dirawat untuk kemajuan Indonesia.


Buku ini menceritakan tentang kisah seorang kakak-beradik yang bernama Beungong Peuken dan Beungong Meulu. Mereka hanya tinggal dengan seorang Ayah karena ibunya sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu. Akhir-akhir ini, Ayahnya sering sakit-sakitan dan membuat Meulu khawatir terhadap kondisi Ayahnya. Mereka terlahir dari keluarga yang miskin sehingga mereka tidak mampu membelikan obat untuk Ayahnya. Peuken setiap hari pergi ke hutan untuk mencari tanaman herbal agar bisa dijadikan obat untuk Ayahnya.


Namun kondisi Ayah mereka tak kunjung membaik. Hingga suatu hari ketika Peuken pulang dari pasar, ia melihat banyak kerumunan warga yang berada di depan rumahnya. Ternyata Ayah mereka telah meninggal dunia. Kini adik dan kakak itu menjadi yatim piatu. Mereka tidak memiliki harta lagi kecuali seekor anjing dan sisa uang hasil penjualan ayam. Kehidupan Peuken dan Meulu sangat memprihatinkan. Mereka seperti anak yang tidak terawat. Tubuh keduanya makin kurus. Hari berganti hari dan Meulu telah menjadi gadis remaja yang cantik. Peuken pun telah menjadi seorang pemuda yang tampan. Mereka berdua hidup dengan penuh kasih sayang.


Peuken kini menjadi tulang punggung pengganti Ayah mereka. Suatu hari saat Meulu sedang memasak dan Peuken sedang menyapu halaman rumah, terdengar suara anjing kesayangan ayahnya terus-menerus menggonggong. Ternyata, di belakang rumah mereka terdapat seekor ulang raksasa. Lalu Peuken mencoba untuk membunuh ular tersebut hingga kemudian ular tersebut mati. Pada pagi hari ketika Meulu hendak menyapu, ia melihat sesosok makhluk berkepala ular naga dan berbadan manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline