Dunia sains seiring dengan berkembangnya waktu akan menciptakan terobosan baru dalam mengkaji ilmu pengetahuan. Semua orang berlomba-lomba menciptakan teknologi kecerdasan buatan guna mendapatkan informasi instan untuk diakses tanpa ada batasan. Teknologi kecerdasan buatan yang sering dibicarakan akhir-akhir ini memiliki daya tarik besar karena dinilai sangat efiesien membantu perkerjaan manusia.
Menurut Triatmaja (2019), Artificial Intelligence (AI) adalah kecerdasan buatan yang mempelajari cara membuat komputer dan perangkat lunak mampu berperilaku dengan cerdas, serta mampu bertindak seperti manusia. Artificial Intelligence (AI) bertujuan untuk memudahkan pekerjaan bagi penggunanya, meningkatkan efektivitas dan efisiensi, dan menganalisis suatu permasalahan. Era Revolusi Industri 4.0 merupakan era dimana pengetahuan dan teknologi berkembang dengan sangat cepat mengakibatkan perubahan cepat dan kompetitif (Yusnaini & Slamet, 2019).
Dalam dunia biologi yang sangat akrab dengan makhluk hidup, akan sangat terbantu dengan teknologi ini. Dalam sebuah artikel The Biological Sciences at UC San Diego, disebutkan bahwa para peneliti UC San Diego di beberapa disiplin ilmu memanfaatkan kemajuan dalam kecerdasan buatan Artificial Intelligence (AI) dan pembelajaran mesin untuk mendorong batas-batas ilmu biologi.
Beberapa ilmu biologi yang dikaji dengan teknologi kecerdasan buatan dianataranya yaitu pembelajaran mesin mengkatalisis penelitian aktivasi gen. Dengan menggunakan bantuan Artificial Intelligence (AI), mereka dapat menemukan adanya rangkaian kelangkaan yang dirancang khusus dan aktif pada manusia tetapi tidak pada lalat buah, atau sebaliknya. Pendekatan ini sekarang dapat digunakan untuk mengidentifikasi rangkaian DNA sintetik dengan aktivitas yang dapat berguna dalam bioteknologi dan kedokteran.
Artificial Intellegence (AI) juga membantu menguraikan keputusan nilai dikodekan di otak kita. Para ilmuwan menggunakan jaringan Artificial Intelligence (AI) untuk menghasilkan lebih dari 100.000 keputusan dan meniru strategi perilaku dan menemukan hasil yang sangat mirip dengan eksperimen di dunia nyata.
Inovasi terbaru dalam bioteknologi memungkinkan para ilmuwan memperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang interaksi biologis yang belum pernah dijelajahi sebelumnya. Artificial Intelligence (AI) dapat mencerna data dengan cara yang belum pernah terlihat sebelumnya untuk mengungkap gen yang terlibat dalam infeksi fag dan resistensi bakteri.
Dengan adanya perkembangan Artificial Intelligence (AI) pada dunia Sains, menjadikan ilmu biologi yang dikaji semakin luas menjadi terobosan baru bagi peneliti untuk mempercepat penemuan ilmiah. Dengan demikian Artificial Intelligence (AI) juga mengubah sudut pandang sebagian orang dengan mampu berinteraksi dengan makhluk hidup yang diterapkan dalam ilmu biologi. Seiring perkembangan waktu, sangat penting untuk mengembangkan teknologi kecerdasan buatan Artificial Intelligence (AI) secara etis dan bertanggung jawab, memastikan kegunaan bagi umat manusia dan lingkungannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H