Lihat ke Halaman Asli

Sindi Lestari Ayu Febrianti

Mahasiswi Jurusan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kaitan yang Sangat Erat Antara Retorika dan Dakwah

Diperbarui: 25 Juni 2024   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syamsul Yakin dan Sindi Lestari Ayu Febrianti (Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta)

Oleh: Syamsul Yakin (Dosen Retorika UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta) dan Sindi Lestari Ayu Febrianti (Mahasiswi UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta)

Retorika dan dakwah memiliki hubungan yang begitu erat. Jika retorika itu adalah seni berbicara, maka dakwah secara definitif berarti mengajak dengan cara berbicara. Dakwah yang dilakukan dengan bahasa yang indah akan memikat mad'u. Inilah yang disebut dengan dakwah billisan.

Dalam retorika, kita mengenal komunikasi verbal, baik lisan maupun tulisan. Dalam dakwah, dikenal bentuk dakwah billisan dan bilkitabah (tulisan). Spektrum dakwah tidak hanya mengajak dengan berbicara tapi juga menyeru dengan tulisan.

Selanjutnya, retorika mengenal komunikasi nonverbal, baik tatap muka maupun tatap maya. Dalam dakwah, dikenal bentuk dakwah bilhal. Dakwah ini bisa dilakukan secara daring maupun luring. Dalam retorika, juga dikenal bahasa tubuh dan gerakan tubuh, inilah yang dalam bahasa dakwah digunakan untuk menyampaikan keteladanan atau role model.

Retorika berkembang dari seni berbicara menjadi ilmu berbicara, sedangkan dakwah berkembang dari kegiatan agama menjadi kajian agama. Mulanya retorika sebagai warisan budaya kemudian berkembang. Begitu juga dengan dakwah berkembang jadi ilmu dakwah yang sistematis, logis, dan dapat diverifikasi.

Jika tujuan retorika adalah menyampaikan pesan secara informatif, persuasif, dan rekreatif, maka pesan dakwah yang  terdiri dari akidah, syariah, dan akhlak dapat disampaikan dengan cara tersebut. Bahkan tujuan retorika dan dakwah, pada batas tertentu, keduanya bertujuan untuk mendidik.

Dalam konteks tujuan retorika persuasif, dakwah memiliki beberapa metode, yakni bilhikmah, ceramah, dan diskusi yang harus disampaikan dengan lemah lembut.

Jika pengembangan retorika memiliki syarat yaitu menggunakan bahasa baku, berdasar data dan riset, syarat yang sama berlaku bagi dakwah, baik billisan, bilkitabah, dan bilhal. Apalagi kalau menimbang mad'u kian kritis dan rasional.

Aristoteles, dalam retorika memperkenalkan pathos, logos, dan ethos, para da'i harus memiilki ketiganya, baik intelektual maupun spiritual. Namun dalam konteks pathos, ekspresi sedih atau gembira para da'i bukan retorika semata.

Dalam berdakwah haruslah menguasai retorika verbal dan nonverbal. Sebaliknya beretorika juga diharapkan memasukkan konten dakwah, baik akidah, syariah, dan akhlak. Dakwah tanpa retorika akan lumpuh, sedangkan retorika tanpa muatan dakwah akan buta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline