Pukul sepuluh malam lebih lima belas menit aku sampai dirumah. Seperti yang sering bapak katakan kepadaku " Jangan langsung masuk ke rumah jika pulang larut malam". Mengingat hal itu, aku memilih duduk sebentar di kursi plastik yang ada di teras rumah sambil memainkan ponsel. Malam yang semakin larut dan udara yang semakin dingin membuat ku cepat beranjak memasuki rumah. Ku matikan ponsel dan cepat meraih gagang pintu. Belum sempat aku membuka pintu, terdengar langkah kaki yang berjalan mendekat dan membuat bulu kuduk berdiri. Tanpa menoleh aku langsung masuk kedalam rumah tanpa mengucapkan salam.
Jantungku berdetak sangat kencang dan keringat dingin mengalir disela-sela rambut panjangku, bahkan kaki ku sampai lemas. Aku memang bukan seorang yang indigo tapi firasatku mengatakan bahwa suara orang berjalan itu jelas sekali bukan manusia, karena hanya ada aku seorang yang duduk diteras rumah. Bahkan sempat ku lihat dari pantulan kaca rumah ada seseorang yang berdiri beberapa meter di belakang ku.
Ku balikkan badan untuk mengunci pintu, namun sayup-sayup terdengar lagi langkah kaki yang mendekat. Degup jantung yang mulai normal kembali berdetak kencang memacu hormon adrenalin. Seketika ku rasakan sebuah tangan perlahan menyentuh pundak yang membuat bulu kuduk ku berdiri lagi.
" Aaaaakh!" Aku langsung berjongkok dan menutup mata. Ku yakin suara teriakan ku pasti membangunkan semua orang dirumah.
" Kak. Kamu kenapa teriak? Ini bapak"
Perlahan ku buka mata dan menoleh kebelakang. Ku lihat bapak ikut berjongkok sambil memegang pundak ku. Raut wajahnya terlihat lelah dan khawatir.
" Ada apa pak? Siapa yang teriak? " Ibu berlari kecil kearah kami dengan tatapan penuh tanya.
Aku yang masih berusaha mengatur napas, perlahan berdiri dibantu bapak.
" Nggak ada apa-apa bu" suara bapak menenangkan. " Tadi si kakak kaget makanya teriak" lanjut bapak.
" Ibu kira ada apa. Kamu juga kenapa baru pulang jam segini kak?" ibu pertanya penuh selidik
" Tadi masih ada rapat bu, sekalian dekor ruang untuk lomba besok "