Lihat ke Halaman Asli

Si Murai

Itu, burung kecil berekor panjang yang senang berkicau!

Naskah Bencana Alam dalam Membentuk Budaya Sadar Bencana

Diperbarui: 1 Oktober 2019   03:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Naskah ML 464 Koleksi Perpusnas berjudul Ramalan tentang Gempa, Obat, Doa, Azimat. (Sumber: Dokpri)

Potensi terhadap ancaman bencana alam di negeri ini telah menjadi pengetahuan umum yang sudah selayaknya kita pahami dengan sadar. Indonesia dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire dan terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia, yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. 

Kondisi geografis tersebut menjadikan negara dengan gugusan kepulauan terbesar di dunia ini rawan bencana alam, seperti gempa bumi, letusan gunung api, dan tsunami. Kesadaran akan hal ini sepatutnya menggiring kita semua ke dalam upaya penanggulangan bencana yang optimal dan serius.

Pihak yang berperan dalam upaya penanggulangan bencana tidak hanya badan pemerintah yang terkait, tetapi seluruh masyarakat di berbagai lapisan. 

Pemerintah pusat dan daerah, lembaga usaha, lembaga internasional, dan setiap orang dari berbagai latar belakang profesi memiliki peran masing-masing dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Semua ini diatur dalam UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Menilik jauh ke belakang, perhatian terhadap bencana alam bahkan telah dimiliki oleh para leluhur kita. Hal ini dapat terlihat dari catatan-catatan tulisan tangan dalam manuskrip atau naskah kuno. Ada banyak naskah di Indonesia yang isinya mengandung rekaman sejarah bencana alam yang terjadi di wilayah yang menjadi sumber naskah tersebut.

Naskah atau manuskrip adalah semua peninggalan tertulis nenek moyang pada kertas, lontar, kulit kayu, dan rotan. Peninggalan ini ditulis dalam berbagai bahasa daerah yang menjadi sumber naskah tersebut dengan menggunakan aksara daerah tersebut. Akan tetapi, ada pula naskah yang ditulis dengan menggunakan huruf Arab. 

Isi naskah beraneka ragam, antara lain cerita yang berkaitan dengan sejarah dan keagamaan, pengetahuan mengenai obat-obatan, astrologi, pertanian, cerita pelipur lara, dan lain-lain. Sebagai perekam berbagai segi warisan budaya bangsa Indonesia, penelaahan terhadap naskah penting dilakukan dalam rangka pemanfaatan kandungan informasi di dalamnya bagi kehidupan di masa sekarang.

Informasi mengenai bencana alam yang terdapat dalam naskah tidak hanya berisi rekam jejak bencana alam yang pernah terjadi di wilayah yang menjadi sumber naskah tersebut berabad-abad silam. 

Lebih jauh, naskah-naskah ini juga memuat sejumlah kearifan lokal yang patut dicontoh dan diterapkan ketika bencana alam melanda negeri ini. Tidak hanya itu, informasi di dalamnya juga berguna dan relevan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana yang lebih menyeluruh dan tepat sasaran.

Penelitian terkait bencana alam berbasis teks naskah ini telah dilakukan oleh para ahli filologi dengan cukup intens sejak sekitar dua tahun ke belakang. Hasilnya, ada banyak naskah yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia yang isinya berkaitan dengan bencana alam. Tercatat setidaknya ada enam wilayah yang diketahui memiliki naskah yang berisi informasi mengenai bencana alam. 

Keenam wilayah ini juga merupakan wilayah di Indonesia yang rentan mengalami bencana alam, yaitu Aceh, Jawa Tengah, Sumatra Barat, Jawa Barat, Banten, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline