Lihat ke Halaman Asli

Si Murai

Itu, burung kecil berekor panjang yang senang berkicau!

Lullaby

Diperbarui: 23 Agustus 2019   20:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puluhan tahun yang lalu, mungkin di antara kalian masih ada yang mengingat sentuhan ayah atau ibu saat meninabobokan kita. Bagaimana rasanya? Hangatkah?

Tapi sekarang, itu tak penting lagi, ya? Jangankan rindu, membayangkannya pun kita sudah tak mampu. Terlalu banyak materi kedewasaan yang harus kita serap dalam pertumbuhan kita. Memori masa kecil jadi seakan memudar, padahal sebenarnya tidak. Ia hanya tertidur pulas di dasarnya kesadaran manusia, yang mungkin sesekali bisa terbangun saat kita sedang tidak bisa tidur.

Andaikan saja ada yang meninabobokan lagi...

Betapa kita sebenarnya ingin sekali disentuh, dibuai dalam malam yang membelai. Tapi, tak ada tangan lain di ranjang ini selain milik kita sendiri. Kesepian orang dewasa selalu membuat memori masa kecil itu terbangun. Itulah sebabnya kita mendadak rindu pada buaian nina bobo, meski tak mengharap lagi datangnya dari ayah atau ibu.

Lalu siapa yang membuai kita malam ini?

Jangan pernah membayangkan kehadiran seseorang saat kenyataannya kita hanya sendirian malam ini di ranjang ini. Jangan pula membayangkan lagi wajah orangtua kita yang menyentuh atau menyanyikan lagu selamat tidur. Itu hanya akan membuat kita tampak lemah dan payah. Masa, untuk menghadapi kepastian saja kita masih harus berlari, berputar ke sana ke mari, hingga berakhir pada memori masa kecil. Kita manusia dewasa. Hadapilah dengan tangan terbuka, bahwa kita siap menerima apa pun yang akan diberikan malam pada kita, termasuk rasa tidak bisa tidur di tengah kesepian yang menghimpit.

Andaikan saja ada yang meninabobokan kita...

Tapi, tak ada orang lain di ranjang ini selain diri kita sendiri. Dan, sebuah lagu selamat tidur dari piringan hitam yang akan mengalun mungkin hingga pagi lagi, mengeloni kita bahkan hingga kita terbangun lagi esok hari.

Itulah hebatnya punya lagu selamat tidur dari piringan hitam dibandingkan punya orang yang meninabobokan. Bahwa nada menemani kita bahkan hingga kita terbangun esok harinya sebab mana mungkin sempat mematikan alat pemutar itu, sementara seseorang menemani kita hanya sebatas kita tertidur pulas. Setelah itu, ia akan pergi meninggalkan kita. Tak terus-terusan membuai. Tak terus-terusan menyentuh. Tapi, lullaby (lagu nina bobo) akan selalu menemani kita tanpa batas waktu. Bukan hanya saat kita tidak bisa tidur, melainkan pula saat kita ingin disentuh, dibuai dalam malam yang membelai. Lullaby akan selalu ada saat kita tak sadar maupun terjaga.

Itulah hebatnya punya nada dibandingkan raga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline