Lihat ke Halaman Asli

Simpet Soge

Bapak dari seorang putra.

Cintai Alam Indonesia, Warga Sedesa Rayakan HUT RI di Kawah Gunung

Diperbarui: 17 Agustus 2015   12:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ini bakal nganggur saja di sela-sela tugas ke luar kota. Karenanya, saya putuskan saja pagi ini untuk memacu roda dua ke destinasi yang saya duga akan ramai pengunjung. Apalagi kalau bukan gunung Egon sekitar dua puluh lima kilometer sebelah tenggara Maumere. Siapkan jaket, sepatu safety, air minum kemasan, juga bekal makan siang. Berangkat!

Hampir benar dugaan saya. Tiba di tujuan, tampak ada pengunjungnya meski tidak ramai. Terlihat sebuah pick up parkir di sana dengan hampir sepuluh sepeda motor. Seorang penjaga tampak di tempat parkir merangkap titik awal pendakian itu. Parkir kendaraan, lalu pamit pergi.

Terlambat memang. Saat tiba dekat puncak, terlihat orang-orang dalam perjalanan turun. Dugaan saya, mereka anak-anak Mapala serta beberapa penduduk dari kaki gunung. Ternyata salah. Saat ngobrol ketika menyusul di perjalanan pulang, terungkap kalau mereka adalah rombongan dari sebuah desa beberapa kilometer dari kaki gunung. Mereka dikoordinir oleh seorang aparat desa.

Sebagian besar dari mereka adalah anak muda, beberapa anak sekolah, ibu-ibu dan beberapa orang bapak. Termasuk di antaranya seorang pensiunan pegawai kehutanan dan seorang dokter puskesmas.

Mereka cerita, pagi tadi start dimulai pukul lima dan tiba pukul tujuh serta merayakan apel bendera di kawah gunung itu. Upacara dipimpin oleh si pensiunan dengan pembina upacaranya si Aparat Desa sendiri. Info dari pak aparat, upacara HUT RI di kawah gunung Egon baru kali ini terjadi.

Gunung Egon sendiri merupakan gunung api yang masih aktif. Letusan terakhir berlangsung 2008 silam. Dekat puncak masih tercium tajam bau belerang. Uap putih menyembur dari dua lokasi pada satu-satunya kawah di puncak itu. Angin kencang sering melanda bibir kawah sehingga terdengar ribut, tapi tidak begitu dengan bagian dalam kawah.

Di kawah itulah terbentang lapangan datar nan luas. Di musim hujan, kawah terisi air menjadi telaga kecil yang akan kering di musim kemarau. Lapangan ini kemudian dijadikan tempat upacara oleh warga.

Nggak mainstream kan?

Merdeka!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline