Aku berkedip. Kembaranku balas mengedip. Kami berdua tersenyum kecil mengetahui Tuan kami menatap penuh pesona gadis yang sedang serius mengiris bawang merah.
Mata gadis itu tak lepas dari pisau, talenan dan bawang yang diirisnya. Gerakannya gesit. Dalam waktu yang cukup singkat siung-siung bawang merah yang sudah dikupas pun berubah jadi irisan-irisan tipis.
"Baru kali ini ada ngiris bawang secepat itu." Aku mendengar Tuanku berkomentar.
Gadis yang sedang sibuk itupun menoleh.
Mau coba?" tanyanya. Tuanku menggeleng.
"Takut nangis," ujarnya.
"Kok nangis?"
"Kan bawang merah bikin mata perih," tukas Tuanku. Matanya tetap terpaku pada jari-jari yang mengiris bawang. Gadis itu tidak menjawab. Suasana menyepi. Tatapan sesekali berpindah dari jari-jari ke wajah gadis itu.
Sadar diperhatikan, gadis itu menoleh dan bertanya, "Ngapain sih, ngeliatin?"
"Memang tidak boleh?" Tuanku balas bertanya.
"Ya... boleh sih. Hanya gimana gituh. Lagian masih ada kerjaan yang lain. Tuh beras belum dicuci," ujar gadis itu.