Lihat ke Halaman Asli

Simon Sutono

Impian bekaskan jejak untuk sua Sang Pemberi Asa

Umpatan

Diperbarui: 27 Februari 2021   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: shutterstock.com

Kalau saja aku lepas kendali, bola basket di tanganku sudah mengenai muka Irwan, terpicu ucapannya yang sangat menyinggung.

"Ambil saja bolanya Pak kalau belum bisa beli bola. Masih punya dua juta ini buat beli baru," katanya seraya berlalu. Aku mengeraskan rahangku mencegah umpatan keluar dari mulutku.

***

Jumat siang itu sudah gerimis. Hawa yang semula panas agak mereda. Aku meninggalkan kelas menuju kantor guru. Sekolah sudah lengang. Sebagian besar siswa sudah pulang.

"Ada sejam untuk koreksi ulangan," pikirku. Namun staminaku tidak kompromi setelah jadwal mengajar yang padat. Baru saja 15 menit, aku menyerah dan berkeinginan untuk menghirup udara segar.

"Hmm, sudah berhenti hujannya." Gumamku. Tiba-tiba telingaku mendengar sesuatu. Aku menajamkan pendengaran dan bergegas ke luar ruangan

"Hei! Berhenti! Licin!" teriakku dari lantai 2. Lima anak yang sedang bermain basket di lapangan yang basah oleh air hujan sontak berhenti.

"Bahaya! Bisa terpeleset. Cedera!"

Kelima anak lelaki menyingkir dari lapangan basket. Aku bertahan di koridor untuk memastikan mereka tidak bermain lagi. Baru setelah yakin tidak ada lagi yang bermain bola aku menuruni tangga menuju kamar kecil tidak jauh dari lapang basket. Belum juga aku membuka pintu, suara-suara itu kembali kudengar.

"Nantang ya," gumamku gusar. Berbalik batal ke kamar kecil.

"Hei!" teriakku pada siswa di lapang basket. Mereka belingsatan meninggalkan bola basket yang menggelinding.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline