"Mau ikut lomba tidak?" kataku kesal. Gadis berambut ikal di depanku tidak lantas menjawab. Ia malah menjatuhkan pantatnya ke sofa dan menghembuskan nafas panjang.
"Lima hari lagi lho, pertandingannya dan kamu belum hafal satu baitpun." keluhku.
"Saya banyak PR dan ulangan. Mana sempat menghafal puisinya," bantah gadis itu.
Aku berpaling pada Candy yang sedang mempelajari pidatonya.
"Kamu ada PR dan ulangan tidak, minggu-minggu ini?" tanyaku.
"Lha, saya kan sama-sama kelas 8, Pak. Gurunya sama. PR-nya sama. Ulangannya sama," terangnya.
"Tapi kamu kok sudah hafal pidatomu? Pidato lho, bukannya puisi," timpalku sambil menoleh pada Lala.
"Tidak bisa dibandingkan, Pak, anak rajin dan anak... aduuuh!" jerit Candy. Bantal sofa telak mengenai kepalanya sementara Lala mengepalkan tangannya.
"Yes!" ujarnya girang.
Aku garuk2 kepala menyaksikan dua anak didikku. Antara kesal dan tertantang. Menaklukkan Lala khususnya, yang kurang serius berlatih.
***