Lihat ke Halaman Asli

Protesku Terhadap Dunia Pendidikan “Rencana Pesta Bikini Bermoralkah?”

Diperbarui: 30 April 2016   18:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pembangunan tidak lepas dari namanya pemuda karena masa depan bangsa dan negara terletak pada pemuda sehingga pantas pemuda disebut sebagai tulang punggung negara.Pembangunan saat ini memerlukan dukungan para pemuda yang visioner, yakni pemuda yang memiliki konsep diri, dan punya kesadaran untuk menjadi orang-orang yang baik.

Konsep dirimerupakan faktor yang sangat menentukan dalam tahap kesadaran, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Hurlock (1993) berpendapat bahwa “konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya". Adapun contoh dari pendapat Hurlock ialah sebagai berikut: bila seorang mahasiswa menganggap dirinya sebagaimahasiswa,makaia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari bahan kuliahnya dengan sungguh-sungguh, tidak demo-demo nuntut Jokowi mundur tanpa data dan tanpa konsep yang jelas, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik. Dengan contoh tersebut maka didalamnya terdapat tahap kesadaran diri.

Everett .M. Rogers (2003) berpendapat bahwa “kesadaran (awarennes) merupakan tingkat pengetahuan dimana seseorangsadar atas apa yang diperbuatnya baik itu ide, dan produktifitas dirinya". Kesadaran sangat diperlukan didalam suatu pembangunan agar pemuda dapat berpartisipasi didalam pembangunan sebagai Agent Of The Change (Agen Perubahan). Akan tetapi saat ini para pemuda Indonesia tidak memiliki konsep dirinya yang benar sehingga tidak punya kesadaran untuk menjadi orang-orang baik disegala bidang (Agent Of The Change), contohnya: Para siswa yang hendak berpesta bikini ketika pasca UN disebabkan kebodohannya karena mau saja tertipu iklan hotel.(Baca: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/04/25/nnbqe9-kpai-siswa-di-satu-sekolah-terlibat-penyelenggaraan-pesta-bikini dan http://news.detik.com/read/2015/04/23/155223/2896319/10/pesta-bikini-anak-sma-ternyata-pernah-digelar-18-april-ini-penjelasan-pihak-hotel)

Apakah ini salah Anies Baswedan? Apakah ini salah Sekolah? Atau ini salah kita yang diam melihat adik-adik kita yang gila-gilaan dan merasa sok hebat ketika habis UN? Wow sungguh ini mengerikan! Ngeringga (Ngeri Nggak)?

Sudah berapa kali saya ngotot didalam tulisan saya, di Indonesia ini yang perlu dibangun ialahmanusianya, sekali lagi bangunlah manusianya, ya manusianya, karena ini sangat urgent dibandingkan menjadikan Indonesia menjadi Negara Berbasis Produksi! Untuk apa menjadikan Indonesia ini menjadi Negara Berbasis Produksi jika yang di produksi itu adalah Pakaian Bikini yang menyebabkan para siswa hendak berpesta bikini sehingga menghancurkan moral bangsa kedepannya? Sungguh inilah kegagalan dalam pembangunan jika negara hanya berbasis produksi! Untuk apa semua ini? Apa untuk memproduksi pakaian bernama BIKINI?(Baca: http://www.merdeka.com/uang/presiden-jokowi-ingin-indonesia-jadi-negara-berbasis-produksi.html)

Sudahkah pendidikan kita ini sesuai Pancasila? Apakah pendidikan kita sudah terlalu kebarat-baratan? Sudahkah pembangunan body, mind, dan spirit di Indonesia dilakukan dengan cara yang seimbang? Pernahkah kita mengerti bahwa pembangunan sesuai Pancasila tidak hanya memperhatikan pembangunan lahiriah keduniaan saja tetapi juga memperhatikan pembangunan kerohanian akhirat? Pernahkah kita mempola pikiran kita dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1) Bukankah pembangunan sektor pertanian seharusnya memperbaiki kondisi makanan, dan selanjutnya tubuh?, 2) Bukankahpembangunan kesejahteraan seharusnya memperbaiki tingkat kesehatan jasmaniah?, 3) Bukankah pembangunan sektor pendidikan seharusnyamenaikkan kemampuan berpikir manusia-manusianya?, Dengan mempola pikiran kita seperti itu, justeru kita pasti mendapat jawaban bahwa pada gilirannya pembangunan tubuh jasmaniah (body), dan kemampuan berpikir (mind) seharusnya mempercepat evolusi pembangunan kerohanian (spirit) manusia Indonesia. Dan itulah pembangunan manusia yang sebenarnya, pembangunan sesuai Pancasila.

Catatan

Pembangunan sesuai Pancasila tidak hanya memperhatikan apa adanya, saat ini (what is, das Sein), tapi juga yang seharusnya, apa yang diinginkan (what sould be, das Sollen), Merdeka...!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline