Lihat ke Halaman Asli

"Ngamar" Virtual

Diperbarui: 21 Maret 2019   07:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mendapatkan pesan dari orang tidak dikenal, dan lawan jenis, di aplikasi medsos bisa dialami siapapun, termasuk penulis. Terlanjur membaca pesan yang pasti akan diketahui oleh yang bersangkutan melalui centang biru, rasanya tidak berterima juga kalau tidak memberikan tanggapan. Dengan alasan kesopanan maka penulis mengucapkan terima kasih atas perkenalan dan informasinya. Tanggapan ini sepertinya justru mendorong yang bersangkutan semakin intensif mengontak dan mengajak 'ngamar'.

Siapakah dia, sosok perempuan yang mengajak ngamar itu? Ternyata perempuan itu salah seorang instruktur VCT -- Virtual Coordinator Training, pelatihan koordinator yang dilakukan secara daring. Kegiatan yang difasilitasi SEAMEO (organisasi kementrian pendidikan se-Asia Tenggara) ini memberikan kesempatan bagi para guru dari berbagai jenjang untuk meningkatkan kemampuan literasi digital melalui konferensi daring. 

Mensejajari perkembangan zaman, pihak-pihak terkait dengan pendidikan berkepentingan untuk membekali para pendidik dengan kemampuan digital sehingga mereka dapat bertransformasi menjadi pendidik-pendidik tanggap jaman melalui praktik-praktik pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

Virtual coordinator training, sebagaimana makna yang terkandung, merupakan pelatihan berupa konferensi yang dilakukan di dunia maya melalui laman Webex. Seluruh peserta konferensi dengan perannya masing-masing baik itu sebagai host, moderator, narasumber ataupun partisipan terkoneksi dalam 'kamar' pertemuan  -  meeting room, tanpa harus bertatap muka secara fisik. 

Di kota manapun mereka berada, kegiatan konferensi ini berlangsung secara interaktif. Prasyarat utama dari kegiatan ini adalah sinyal internet yang tidak kendor sehingga kegiatan 'ngamar' berjalan mulus. Instruktur bernama Elis Djubaedah yang sehari-hari menjadi tenaga pendidik di salah satu sekolah menengah atas di Bandung inilah yang tidak pernah lelah mengajak 'ngamar' pada penulis untuk aktif dalam kegiatan pelatihan daring ini. 

Ibu Elis sebelumnya adalah peserta pelatihan kegiatan yang sama di batch 1 dan lantas menjadi instruktur di batch 3. Totalitas beliau dalam mendorong guru seperti penulis untuk mau berliterasi digital patut mendapatkan apresiasi. 

Bisa dikatakan, selain sinyal internet yang tidak boleh kendor, sinyal instruktur dalam mendorong para guru yang sudah secara sadar dan mandiri mendaftarkan diri sebagai peserta pelatihan ini pun perlu dalam tegangan tinggi. 

Dibuktikan dengan Ibu Elis yang berkali-kali menghubungi, mengundang, dan puncaknya menodong penulis untuk ambil bagian lebih aktif sebagai host, moderator dan narasumber. 

Kegigihan beliau untuk men-support sangat membekas bagi penulis. Penulis yang semula ragu akhirnya di empat hari terakhir menjelang deadline pelatihan dapat menuntaskan tugas-tugas dengan baik.

Keikutsertaan penulis dalam pelatihan ini tentu tidak tanpa perjuangan dan pengorbanan. Stand by di depan komputer dari petang sampai tengah malam selama empat malam berturut-turut adalah buah negosiasi dengan anggota keluarga yang tentu saja terdampak dengan pelatihan ini. 

Penulis akui, hal ini tidak perlu terjadi seandainya dari awal pelatihan penulis mengikuti tahapan dengan tertib dan mengelola waktu lebih terencana. Hal lain yang penulis alami adalah kekagetan atas tugas-tugas yang harus dikerjakan dan dikuasai oleh peserta. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline