Lihat ke Halaman Asli

Seno Rocky Pusop

@rockyjr.official17

Sarang Penyamun dalam Surga yang Terlantar

Diperbarui: 2 Agustus 2023   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar. Ilustrasi (pesat.org)

Terminologi surga yang terlantar sepertinya terdengar asing di sebagian telinga warga belahan bumi lain. Jika pun ada yang mengetahui keniscayaan ini, kesan yang dibicarakan tidak terlepas dari kriminalitas.

Negeri yang berdiri di atas emas yang melimpah kerap kali dikenal sebagai sarang penyamun, markas perampok dan pencuri. Kehidupan disini sangat memprihatinkan.

Orang sering mendengar dan menanggapi peristiwa-peristiwa mengerikan dan menakutkan seputar surga yang terlantar dengan acuh tak acuh. Semua peristiwa yang lahir dan diproduksi di negeri ini dari rezim berganti rezim terus membuat hidup manusia lebih pelik, semakin mempertebal keyakinan bahwa manusia hidup di bagian tergelap surga kecil.

Pada tajuk ini, kita akan disuguhkan dengan dinamika kehidupan dan carut-marut kejahatan manusia dalam surga yang terlantar bernama "Papua" yang menjadi target pencurian, perampokan, penculikan dan penindasan. Semuanya berawal dari dampak stigma kelam yang hidup dan bersarang sejak lama. Citra negatif yang terlanjur mengental di kepala masyarakat.

Eksposisi istilah penyamun digunakan untuk pengertian mengambil harta orang lain dengan menggunakan kekerasan atau mengancam pemilik harta dengan senjata atau pun alat tajam, terkadang juga disertai mutilasi dan pembunuhan yang paling sadis. Perbuatan ini merupakan kejahatan yang serius (the most serious crime), selain merampas hak orang, juga mengancam jiwa orang.

Kejahatan terus meningkat sejak aneksasi, di saat persamaan detik surga mulai terlantar. Bumi Cenderawasih yang dipenuhi hutan hujan yang tumbuh lebat menjadi sarang dan persembunyian para penjahat yang serakah, tanah ini menjadi angker. 

Stigma kelam ini dikondisikan dalam bentuk teror dan intimidasi. Manusia yang hidup merasa tidak nyaman, dirampok, nyawa dipertaruhkan, hasil bumi dan harta benda menjadi rampasan.

Berbagai fenomena yang terjadi menunjukkan bahwa masyarakat pribumi tidak mengindahkan perilaku menyimpang, nilai-nilai moral tidak dapat dijadikan sebagai landasan utama kehidupan. Masyarakatnya tinggal dalam keadaan yang amat menyayat, marginal, miskin dan terisolasi. Kejahatan pun tumbuh subur dalam keleleran.

Pamor "surga kecil yang jatuh ke bumi" ditelanjangi oleh kedurjanaan dan keserakahan, tidak sesuai tuntutan. Menjadi ramai didatangi para pencoleng dengan tujuan mencari dan mencuri keuntungan materialisasi. Motivasi mereka tidak lain adalah harta dan kekayaan. Semangat mereka adalah menjadikan surga yang terlantar sebagai sumber penghasilan dan laba. Harapan mereka diletakkan di atas bisnis.

Banyak orang serakah yang egois, bengis, buas dan tak mengenal iba, tidak segan-segan melakukan kejahatan terhadap orang lain demi meraup keinginan. Para pencoleng membagi hasil jarahan, bereuforia diatas penderitaan orang lain, bertengkar satu sama lain dan merencanakan berbagai aksi kejahatan mereka berikutnya yaitu mencuri, merampok dan menindas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline