Lihat ke Halaman Asli

Seno Rocky Pusop

@rockyjr.official17

Menata Kehidupan Hijau di Duniaku

Diperbarui: 15 Oktober 2021   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: blog.procuara.id

Green Life

Semakin hari dunia kita tidak lagi diwarnai dengan kehidupan, manakala relasi makhluk hidup dan keberadaan alam sekitar sangat drastis degradasi.

Bertolak dari kausalitas ini terdapat titik temu yang membawa kita melihat dinamika eksplorasi dan kebobrokan keutuhan ciptaan yang payah, hampir separuh isi bumi. Polemik ini mengaitkan ketidakadilan manusia terhadap keberlangsungan ekologi.

Sampai berada dalam kenyataan miris dan sadis yang demikian, maka kita diperhadapkan dengan krisis ekologi yang mendorong kita melihat keberlangsungan pembangunan dan pengembangan yang tidak berorientasi pada lingkungan alam dan manusia.

Sebab itu, saya lebih tertarik pada Green Life atau Kehidupan Hijau, memang sangat urgen sekali untuk mewujudkan kehidupan yang hijau. Karena kondisi bumi yang semakin hari semakin tidak ramah terhadap lingkungan hidup.

Kehijauan yang dimaksudkan disini selalu melambangkan kehidupan, filosofinya seperti ini: "orang melihat sesuatu hidup dari daunnya yang hijau, bukan dari daunnya yang kering kerontang".

Berbicara soal frase hijau, maka hal tersebut merujuk pada pepohonan dan dedaunan yang bersifat natural. Dalam perspektif ini alam semesta dengan kehidupan dijadikan sebagai "Nafas dan Kemakmuran".

Kehidupan hijau memberi aura tersendiri dalam jantung dunia bagi segala makhluk ciptaan Sang Ilahi yang berkumpul, menetap dan berkembangbiak.

Pertumbuhan kesadaran terhadap kelangsungan hidup manusia di dunia ini tidak hanya tergantung dari penyelesaian masalah ekonomi dan politik yang berkaitan dengan keadilan dan perdamaian, tetapi juga dari pemeliharaan ciptaan.

Harus disadari pula bahwa pemeliharaan ciptaan ini tidak hanya masalah teknis, tetapi juga masalah teologis. Pencemaran lingkungan hidup sebagai akibat perkembangan industri, pemanasan global, perubahan iklim dan penyebab lainnya.

Dewasa ini, populasi perkembangan manusia dilihat sebagai gejalah keterasingan manusia modern dari alam. Amanah yang diberikan "Yang Mahakuasa" kepada manusia untuk menguasai dan memelihara ciptaan dipahami sebagai kesempatan untuk mengeksploitasi sumber daya alam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline