Lihat ke Halaman Asli

Seno Rocky Pusop

@rockyjr.official17

Pranata Bakar Batu Suku Yallenang di Pegunungan Papua

Diperbarui: 2 Oktober 2023   15:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pranata Sani di Kampung Hombuka, Yahukimo - Papua. (dokpri)

Secara keseluruhan di dataran tinggi Pegunungan Papua, umumnya bakar batu hanya dikenal di kawasan ini. Namun memiliki sebutan, tradisi dan prosedur memantek yang berparak dari tiap suku di masing-masing wilayah adat. 

Lebih eksklusif, untuk masyarakat suku Yallenang. Pranata bakar batu dalam bahasanya lebih dikenal dengan sebutan "Sani". Seperti itu, acap kali mereka menyebutnya dalam setiap perhelatan pesta adat. 

Sani adalah pesta adat yang dilakukan sebagai perayaan untuk berbagi interaksi sosial dan cenderung memperkuat standar budaya dalam kebersamaan hidup orang Yallenang. Tradisi ini dilakukan turun-temurun dan telah menjadi warisan leluhur dalam kebudayaan, baik itu yang dilakukan secara individu maupun kelompok. 

Adat-istiadat dalam proses perhelatan Sani memiliki nilai kultural bersifat magsi-religius yang dihormati dan dipatuhi dalam kehidupan budaya orang Yallenang. Sebagai makhluk budaya, tradisi ini diilhami sebagai kemampuan menciptakan kebaikan, keadilan, dan tanggung jawab. 

Sebelum menaja perhelatan Sani, terlebih dahulu akan disiapkan seekor Babi (Pham) ataupun Ayam (Winang), umbi-umbian (Am-Kwaneng), sayur-mayur (Ma'asu), dedaunan (Sua), juga kayu bakar (Kal), dan batu (Kirik). Sebuah lubang akan dikali cukup dalam. Biasanya proses memantek sampai siap saji menghabiskan waktu satu hingga dua jam.

Api akan dinyalakan, jaraknya terpisah dari galian lubang tadi. Kayu yang telah dibelah akan dibakar tersusun rapi di atas perapian yang menyala, kemudian batu ditaruh diatasnya. Disebut bakar batu karena,,, dibakar hingga benar-benar batunya panas membara.

Seorang pria akan memanah seekor Babi yang diikat, dan pria lain memegang sebuah Pisau bergegas menyembelih Babi tersebut sesuai pola potongan orang Yallenang. Para ibu-ibu duduk elegan dan membersihkan seluruh bahan masakkan yang telah disediakan. 

Setelah semuanya beres. Batu-batu yang telah panas membara, dipindahkan menggunakan kayu yang ujungnya dibelah menjadi dua bagian. Galian lubang tadi, dialasi dengan dedaunan dan menaruh batu yang telah dibakar.

Pada fase pertama digunakan untuk memasak daging bercampur sayuran, agar lemak babi mengenai sayuran dan santapan menjadi lebih nikmat. Sedangkan fase kedua digunakan untuk masak umbi-umbian dan lainnya. Yang menjadi pemisah fase adalah batu dan dedaunan yang dialas dan ditaruh pertahapnya, sering pada bagian tengah perfasenya ditaruh batu algojo yang dibungkus dengan daun. Yang menjadi juru utama dari Sani. 

Usai semuanya, Sani siap untuk ditutup sekukuh mungkin, agar segala makanan termasak dalam panasnya bara batu yang brilian. Kini tiba saatnya kalem sambil menunggu siap saji.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline