Lihat ke Halaman Asli

Mandi di Pancuran, Mengenang Masa Lalu

Diperbarui: 11 Mei 2024   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Mandi di Pancuran, Mengenang Masa Lalu

Beberapa hari lalu, saya melihat status seorang kawan di  media sosialnya, banyak teman SMA, dan SMP yang mengunggah suasana kampung halaman, yang mewakili perasaan rindu kampung halaman, dan masa kecil serta suasana dahulu.  Bebrapa bahkan mungki dari kami banyak juga yang merantau keluar dari kampunghalaman. Salah satunya bagian dari status tersebut adalah suasana di pedesaan dari berbagai sudut , termasuk salah satu sisinya adalah  pemandian di pedesaan, yang berbentuk pancuran.  

Mandi di pancuran adalah pengalaman yang menyegarkan dan saat ini jarang sekali untuk didapatkan. Selain manfaat fisiknya, mandi di pancuran juga memberikan kesempatan untuk terhubung dengan alam dan merasakan kedamaian batin yang mendalam.

Mandi di pancuran di perkampungan merupakan hal yang biasa, meskipun sekarang sudah jarang ditemukan pemandingan dengan model pancuran, apalagi pancuran komunal. Pancuran  yang saya maksud adalah pipa yang salah satunya membuat air di bak penampungan mengalir untuk mandi atau keperluan mencuci.

Pada pancurna pribadi, air mengalir dari bak penampungan, terdapat dalam satu ruang untuk mandi seorang diri. Sedangkan pada pancuran  komunal, satu bilik biasanya terdapat beberapa pancuran, yang memang bisa digunkan bersama.

Pada masa remaja, saya sempat beberapa kali mandi dipancuran privat dan sempat juga mengalami mandi di pancuran komunal. Pada  saat itu, memang masih banyak pancuran-pancuran seperti ini di pedesaan.

Seingat saya, terakhir kali saya mandi di pancuran adalah ketika melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di sebuah desa di kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Itupun bentuknya sudah pancuran pribadi yang dimiliki oleh sepasang kakek dan Nenek di desa tersebut. 

Sebenarnya di posko tempat kami tinggal tersedia kamar mandi yang layak, hanya jika ada kegiatan pagi, terkadang kami perl berebutan memakainya. Sempat rekan mahasiswi bertanya, mengapa kalian yang pria tidak mandi bersama saja?" sertak hal ini, dibantah oleh kami berlima para mahasiswa yang ada di posko tersebut, termasuk saya.

Bagi kaum adam yang sudah Akil Baliq, tentu merasa sebuah hal yang tidak biasa untuk mandi bersama.

Kapan yah bisa merasakan mandi di pancuran sambil merasakan sasana alam pedesaan lagi?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline