Lihat ke Halaman Asli

Perilaku Asertif dan Cyberbullying

Diperbarui: 28 Juli 2020   09:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asertif dan Cyberbullying

Dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Pendidikan Psikologi melaksanakan Webinar dengan tema Asertif di Media Sosial yang dilaksanakan pada Sabtu, 11 Juli 2020 pukul 14.00 hingga 15.00 WIB menggunakan Zoom Meeting dan diikuti oleh 112 peserta. Webinar ini disampaikan oleh Ibu Dwi Kencana Wulan, M. Psi dan Ibu Fellianti Muzdalifah, M. Psi selaku dosen di Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta.

Pelaksanaan Webinar

Webinar ini diawali dengan membahas fenomena yang sering terjadi tanpa kita tidak sadari bahwa masih ada individu yang merasa tersakiti atas tindakan perbuatan negative seperti menjelek-jelekkan secara verbal dan non-verbal atau biasa disebut dengan bullying. Tindakan bullying bukan hanya saja secara dengan tatap muka tetapi secara media sosial juga bisa atau yang lebih dikenal dengan sebutan Cyberbullying.

Cyberbullying merupakan perundungan atau intimidasi yang terjadi dengan menggunakan teknologi digital secara berulang kali. Kejadian ini ditunjukan untuk menakuti, membuat marah, atau mempermalukan sasarannya. Ada empat peran yang tercipta dalam cyberbullying, yaitu pelaku, korban, pelaku sekaligus korban, dan individu yang tidak terlibat dalam kedua peran tersebut atau not involved. (Kowalski & Limber, 2013).

Mengetahui tindakan Cyberbullying dapat diketahui dari Karakteristik individu. Menurut Langos (2012), Karateristik CyberBullying yaitu Niat untuk menyakiti, Ketidakseimbangan kekuatan (dominasi), tindakan agresi, dan terjadi berulang kali. Tindakan cyberbullying ada dalam dua bentuk yaitu Direct Bullying dan Inderect Bullying. 

Direct Bullying merupakan bentuk yang mengarah langsung seperti mengirim pesan jahat seperti kata-kata kasar, mengirim pesan ancaman, dan menyamar menjadi orang lain untuk kirim pesan jahat. Sedangkan Indirect Bullying merupakan bentuk tidak mengarah langsung, menyebarkan kebohongan, memposting foto memalukan di medsos, dan menyebarkan sindiran secara tidak langsung di media sosial.

Untuk mengetahui apakah kita sedang mengalami cyberbullying ataupun dampak dari cyberbullying, dapat dilihat dari ketika kamu merasa sedih atau sakit hati saat atas candaan temanmu atau orang lain di sosial media, ketika kamu merasa terluka dan berpikir bahwa orang lain menertawakan anda, bukan tertawa bersama anda, ketika kamu telah menegur temanmu untuk tidak melakukan hal tersebut, namun masih tetap berlanjut. 

Mengenal lebih dalam tentang cyberbullying di bagi menjadi beberapa kategori diataranya adalah Flaming atau mengirim persan online dengan nada marah, kasar atau vulgar. Selanjutnya online harrassement adalah menyinggung dengan menggunakan pesan satu arah secara berulang-ulang. Yang ketiga cyberstalking atau menguntit orang lain dan melakukan pelecehan berulang serta mengancam secara online. 

Selanjutnya ada denigration atau menyebarluaskan fitnah, masquerading atau menyamar menjadi orang lain untuk mengancam seseorang, trickery atau membeberkan informasi pribadi yang memalukan secara online, exclusion atau sengaja mengundang target yang di bully untuk masuk ke dalam grup online dan kemudian dikucilkan di dalam grup tersebut. Dan yang terakhir happy slapping yaitu merekam atau mengambil foto kekerasan dengan ponsel dan kemudian disebarkan di dunia maya. 

Kepribadian pelaku yang cenderung dominan dan rasa kurang empati kepada orang lain dapat menjadi faktor mengapa seseorang melakukan cyberbullying. Selain itu, mereka yang memiliki tempramen, impulsif, mudah frustasi, tidak berani mengambil resiko dan suka mencari sensasi juga memiliki tendensi untuk melakukan cyberbullying

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline