Lihat ke Halaman Asli

Rasa Pejabat dan Rasa rakyat

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi malam,saya bangun dan terkaget ketika membaca media online kompas dengan berita seorang pejabat MK ditangkap KPK. Terkejut bercampur sedih dan penasaran, siapa gerangan sang pejabat. Rasa penasaran akhirnya terjawab ketika Mahfud MD mengklarifikasi bahwa sang pejabat adalah ketua MK, lembaga tinggi negara. Bingung mau ekspresi apa, tak tahu harus berkata apa membayangkan kondisi bangsa ini. Abis geleng-geleng, lanjutlah tidur, daripada pusing.

Sore hari, saya dalam perjalanan pulang dari Pluit menuju Halim. Alamak panasnya dunia ini, tubuh berkeringat karena cuaca dan jaket yang tebal, ditambah lagi macet. Muncul dalam pikiran kalimat “Ini adalah perjalanan Pluit-Halim yang terjauh dan terpanjang dalam hidupku”.

Meliuk-liuk di antara mobil mencari celah ke depan melalui jalur kanan, eh ternyata motor saya sudah masuk jalur Busway. Dalam hati timbul rasa bersalah menghampiriku, lalu kulaju motor mencari celah keluar dari jalur Busway. Namun tiba-tiba muncul pemandangan aneh antrian panjang di CawangCiliwung “Puuh, Apa lagi ini??’ Motor saya pun berhenti di pinggir flyover menghampiri pengendara motor lain yang berhenti lalu bertanya “ada Apa pak,koq pada berhenti??” (sambil memandang ke arah depan, terlihat iring-iringan mobil polisi dan pejabat), sapa pak yang lewat??”..Sang pengendara motor menjawab “Biasa, RI-1!” Saya pun hanya tersenyum sambil menggerutu dalam hati. Terbayang Presiden AS, Obama, yang selalu dikawal ‘Wah enaknya jadi pejabat yah, bebas macet!”

Tiba di Halim, saya melanjutkan perjalanan ke kantor AU untuk bertemu teman. Di pintu Gerbang Halim, saya melapor ingin ke sini dan bertemu ini, lalu sang penjaga menjawab “Belok kiri, kiri lagi, kanan!! Bahasanya singkat, tegas, vokal dan tanpa senyum. Terkejut karena tak biasa menerima sapaan ala Tentara, dalam hati sambil tersenyum “seram amat ni tentara,hahaha”.

Ketenangan pun akhirnya ditemukan setelah tiba bertemu dengan teman yang merupakan adik kelas di masa kuliah dulu. Setelah berkenalan dengan para penjaga lain, saya berbincang-bincang santai tentang pekerjaan, kuliah, dan kehidupan tentara. Saya perhatikan, aktivitas di pos jaga tidak lain hanya sekitar menonton TV dan memberi hormat kepada atasan yang lewat lalu lalang. Saya pikir “bosan juga yah jaga pos 24 jam, bertiga”.

Kebosanan di pos jaga pun terpecahkan setelah kami melihat aktivitas Sersan jaga lain menyapu jalanan yang sebenarnya cukup bersih. Kami pun berbisik-bisik sambil tertawa melihat aktivitas Sersan jaga mengayuhkan sapu lidi berulang-ulang. Teman saya bilang “biarin aja, biar dia gak bosan, klo mreka bosan aku yang stress jadinya,hahaha”.

Sejak tadi malam, timbul banyak keinginan rasa dalam hati. Melihat Ketua MK tertangkap tangan, ingin rasanya pindah warga negara. Melihat RI-1 bebas macet, ingin rasanya jadi pejabat yang diberikan banyak fasilitas dan kemudahan. Namun setelah melihat aktivitas Sersan jaga, saya hanya ingin jadi diri sendiri. Saya tidak ingin lagi merasakan menjadi Akil Muchtar yang akan sedang merasakan hotel prodeo dan tidak ingin lagi merasakan menjadi SBY yang tidak dicintai rakyatnya.

Sungguh bahagia bisa jadi rakyat biasa yang bisa santai di mana saja tanpa harus membayar, dibatasi protokol, pengawalan dan aturan ini itu. Bahagia menjadi rakyat, bahagia menjadi diri sendiri. Kupilih menjadi diri sendiri dan bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline