Lihat ke Halaman Asli

Kurang Tidur = Kurang Konsentrasi = Kurang Hasil?

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin mendekati ujian penghabisan untuk tahun pelajaran ini, ada sedikit perubahan yang saya bisa lihat diantara kawan-kawan saya sekelas. Pertama, 'penonton' alias mahasiswa yang datang ke kelas, terutama yang tidak pakai absensi, semakin kecil jumlahnya. Mereka terbagi menjadi dua jenis: yang sudah tidak klop lagi dengan dosen atau yang sudah putus asanya untuk dapat nilai yang baik. Untuk jenis perubahan yang ini saya tidak mau berkomentar banyak. Perubahan kedua, perpustakaan – dimana saya pada bulan-bulan normal dapat dengan mudah duduk di tempat favorit saya – sekarang semakin penuh, siang dan malam. Jangankan lokasi yang enak, kalau sudah waktu-waktu tertentu kursi di pojokan pun sudah diambil orang. Ini sering bikin susah kalau kami perlu tempat belajar kelompok. Tapi, ini juga bukan yang saya mau bahas.

Lebih menarik lagi jenis perubahan ketiga: semakin banyak mahasiswa yang kantung matanya menghitam, seperti lebam. Disamping itu, lebih banyak lagi yang matanya sudah seperti bohlam 5 Watt di rumah di pedalaman Kalimantan: redup cahayanya, malah sering nyala-mati berkali-kali. Paling buruk terjadi pada kawan saya: matanya bukannya menutup tapi malah setengah melotot! Karena ini dia menjadi bahan tertawaan semua orang. Kok bisa sampai begini? Jawabannya gampang: kurang tidur.

Normalnya manusia membutuhkan sekitar 6 sampai 8 jam tidur setiap harinya, tergantung umur dan pekerjaan harian. Bukan hanya lamanya, namun kualitas tidur juga perlu diperhatikan. Tidur yang lelap dan mendalam adalah kualitas tidur yang paling tinggi. Alih-alih tidur yang lelap, banyak orang mendapatkan tidur yang hanya setengah-setengah dan dipenuhi dengan berbagai macam mimpi yang menganggu. Freud boleh menghargai mimpi sebagai perwujudan alam bawah sadar manusia, namun tidur yang selalu dipenuhi mimpi bukanlah tidur berkualitas.

Bukannya menuruti anjuran dokter seperti di atas, menjelang ujian akhir ini banyak mahasiswa, termasuk saya, mengabaikan waktu tidur demi menyelesaikan pekerjaan atau belajar. Banyak tugas seperti esai, laporan, proyek, PR, bahkan ujian biasa yang tenggat waktunya ada pada dua minggu terakhir ini. Bukannya kebanyakan tidak berusaha mengerjakan dengan jadwal teratur. Toh kami sudah sadar, semua dikebut semalam sudah bukan hanya merugikan diri sendiri, namun juga tidak mungkin dilakukan. Bukan juga salah kami kalau memang kerjaan itu panjang. Apa mau dikata, memang kerjaan sudah panjang. Walhasil, waktu tidur diganti dengan waktu begadang.

Lantas, apakah kerugian dari kekurangan tidur? Apakah cuma jadi mengantuk? Kalau begitu, di kelas juga bisa tidur toh. Apa juga hanya kelihatan mengantuk sepanjang minggu? Ini juga bisa diobati dengan hibernasi akhir pekan (baca: molor seharian). Ternyata akibatnya lebih buruk dari itu! Menurut ahli psikiatri di New York University (NYU), kekurangan tidur adalah penyebab utama dari semakin maraknya ketidakmampuan orang dewasa, bahkan anak-anak, untuk berkonsentrasi. Semakin banyak orang yang mendapat diagnosis ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), yang sebenarnya disebabkan oleh pola tidur yang tidak sehat. Keduanya memiliki gejala yang sama, namun memerlukan penanganan yang berbeda. ADHD memerlukan obat, kurang tidur perlu perubahan sikap. Lebih bahaya lagi, ADHD tidak membahayakan, namun kurang tidur mengurangi umur!

Apakah yang bisa kita lakukan untuk menormalkan kembali pola tidur kita? Aturan yang terutama: hindari layar terang, terutama ponsel, laptop, dan tablet setidaknya 30 menit sebelum tidur. Alih-alih bekerja, usahakan untuk bersantai dengan membaca atau mengobrol. Selain itu, usahakan untuk tidak membawa alat-alat seperti ponsel ke tempat tidur. Kalau bisa, usahakan juga agar kamar tidur anda gelap. Terakhir (dan yang paling sulit), usahakan tidur selama 8 jam sehari.

Mungkin sekarang memang sudah tidak mungkin lagi untuk mendapat cukup tidur. Kebanyakan kawan saya tidur 5-6 jam per hari, lebih kecil lagi pada musim sibuk seperti ini. Pada musim ini, banyak rekor-rekor yang menakjubkan. Saya sendiri (walaupun tidak bangga) memegang rekor 3 jam tidur dalam 3 hari. Apakah ini sehat? Jelas tidak! Apakah ini produktif? Ternyata juga tidak! Kurang tidur mengurangi kemampuan berkonsentrasi, yang pada akhirnya mengurangi kualitas pekerjaan kita. Untuk itu, sesuai semangat kita, saya akan bilang: selamat malam semuanya. Semoga tidur anda nyenyak malam ini!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline