Lihat ke Halaman Asli

Siman

Tidak Ada Kata Terlambat untuk Belajar, Setiap Langkah adalah Ibadah

Berdamailah dengan Wahyu

Diperbarui: 25 Februari 2022   21:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri: Masjid Baitussalam  SMA N Godean

Konsep sejati seorang muslim dalam merespon dan menerima informasi syari'at dalam hal ini wahyu, cuma ada pilihan satu yaitu menerima dengan legowo. Segala keputusan wahyu dengan loss tanpa penolakan dan protes. Menerima wahyu dengan ketulusan tanpa menggugat karena wahyu cocok dan layak di zaman modern. Muslim hendaknya menerima dengan totalitas dalam jiwa. Hal tersebut  disampaikan oleh Ikhwanuri S.Ag, guru MAN 1 Sleman di depan para guru pegawai SMA N 1 Godean dalam acara pengajian di Masjid Baitussalam,  Jumat ( 25/2/2022)

Ihkwanuri melanjutkan ceramahnya dengan mengutip terjemah surat An Nisa: 65, yang artinya Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya. "Langkah dan pemikiran seorang muslim  selalu berorientasi keuntungan akhirat. sehingga dia harus bisa mendudukkan dirinya dalam berdamai dengan Allah.  Kemudian ia menyampaikan langkah dalam  rangka menaati  wahyu Allah," paparnya.

Menurutnya, menaati wahyu dapat dilakukan dengan totalitas dan tidak menentang."Ketika mendengar seruan, kajian wahyu yang bernuansa "hitam-putih" atau halal haram maka harus direspon dan ditaati secara total dan tidak menentang.  Karena penolakan dan penentangannya sendiri merupakan masalah baginya dan sang Khalik untuk perjalanan hidupnya hingga menuju akhirat,  Posisi bijak seorang hamba ketika "belum mampu" melaksanakan wahyu atau belum mampu meninggalkan larangan wahyu adalah memohon kepada Allah agar diberi kemampuan seperti orang yang sudah mampu dan taat. Dan juga beristighfar untuk memotivasi diri bukan sebaliknya menentang wahyu, menggugat atau memodifikasi sesuai nafsunya," terang  guru Sejarah Kebudayaan Islam tersebut.

"Jika seorang hamba mentok dalam ikhtiar dirinya dalam rangka menjinakkan jiwanya agar selaras wahyu dan syariat namun belum juga berhasil, maka Allah sudah menilainya sebagai bentuk proses usaha menuju penerimaan totalitas. sehingga Allah memaafkan atas keterbatasannya sebagai manusia yang penuh kekurangan. Dan di sisi lain penuh godaan di dunia fana ini. seperti dalam maklumat wahyu di akhir surat Al Baqoroh:286 yang artinya Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya," pungkasnya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline