Lihat ke Halaman Asli

Siman

Tidak Ada Kata Terlambat untuk Belajar, Setiap Langkah adalah Ibadah

Memahami Kemandirian Belajar

Diperbarui: 18 Februari 2022   22:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pembelajaran daring yang sudah dijalani selama pandemi covid 19 ini, relatif berpengaruh bagi siswa yang masih duduk di bangku sekolah. Hal ini memicu perkembangan kepercayaan diri dan kreativitas siswa. 

Dilihat dari kegiatan pembelajaran sekolah yang dilakukan menggunakan gawai, laptop, komputer, dan aplikasi  pendukung pembelajaran lainnya. Perubahan media pembelajaran ini, siswa lebih merasa nyaman karena dilakukan secara daring dari rumah mereka dan lebih memiliki waktu luang daripada pembelajaran normal di sekolah.

Ketika mengikuti pembelajaran daring, siswa memiliki caranya sendiri dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dilakukan terutama untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan dari guru. Bahkan siswa akan mencari berbagai alasan ketika tidak mengikuti pembelajaran daring. 

Menurut penulis, hal itu bisa menimbulkan dampak bagi siswa akibat pembelajaran daring ini. Menanggapi perkembangan siswa ini, ketika kepercayaan diri dan kreativitas siswa menjadi menurun.  Sosok guru agar menjadi penggerak munculnya inisiatif positif untuk menjawab tantangan pembelajaran daring ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata inisiatif berarti prakarsa. Ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki sikap inisiatif adalah siswa yang mampu menjadi pemrakarsa atau penggerak dalam melakukan sesuatu tanpa adanya perintah terlebih dahulu.  

Nurhayati (2011) mendefinisikan kemandirian belajar sebagai kemampuan dalam belajar yang didasarkan pada rasa tanggung jawab, percaya diri, inisiatif, dan motivasi sendiri dengan atau tanpa bantuan orang lain yang relevan untuk menguasai kompetensi tertentu, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah belajarnya

Saat mengikuti pembelajaran daring siswa sangat mungkin melakukan inisiatif negatif. Beberapa   inisiatif negatif yang dilakukan siswa diantaranya   tidak mengikuti pembelajaran yang dilakukan menggunakan google meet, zoom, atau media pembelajaran lainnya. Hal itu dikarenakan alasan-alasan yang dibuat siswa untuk memberikan keterangan pada guru. 

Siswa mematikan kamera atau meninggalkan zoom meeting tanpa sepengetahuan guru. Akibatnya, kegiatan pembelajaran daring siswa menjadi tidak ekspresif dan tidak maksimal. Hal ini, menjadi tantangan bagi guru dalam pembelajaran daring karena telah terjadi penurunan semangat belajar bagi siswa. Bahkan penurunan kepercayaan diri dan kreativitas siswa.

Pengaruh pembelajaran daring terlihat jelas ketika di awal pembelajaran tatap muka di kelas. Sebagai contoh, ketika guru menjelaskan materi di kelas, siswa akan spontan menjawab kurang paham. Ekspresinya menunjukkan kurangnya pemahaman mereka dengan apa yang dijelaskan oleh guru di kelas. Siswa terlihat pasif, sulit diajak berdiskusi dan lebih banyak diam.

Menanggapi perkembangan siswa ini, ketika kepercayaan diri dan kreativitas siswa menjadi menurun.  Sosok guru agar menjadi penggerak munculnya inisiatif positif untuk menjawab tantangan pembelajaran daring. 

Dikala ada kesempatan melakukan pembelajaran tatap muka (walaupun masih dilakukan secara terbatas 50%), guru dapat memaksimalkan pembelajaran tatap muka dengan memberikan edukasi kepada siswa.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline