Lihat ke Halaman Asli

Siman

Tidak Ada Kata Terlambat untuk Belajar, Setiap Langkah adalah Ibadah

Menjadi Guru Pelopor Literasi di Era Digital

Diperbarui: 11 Februari 2022   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Guru MAN 1 Sleman menyerahkan  buku karya guru ke DPAD DIY/dokpri

Saat ini indeks literasi digital masyarakat Indonesia masih termasuk kategori sedang, Indeks Literasi Digital Indonesia berada pada skor 3,49 atau pada tahap sedang, SIARAN PERS NO. 15/HM/KOMINFO/01/2022. 

Hal ini menunjukan bahwa indeks literasi digital di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Menurut pendapat penulis, guru mempunyai peran strategis dalam upaya meningkatkan indeks literasi tersebut.

Rendahnya minat baca tulis guru dan siswa merupakan salah satu yang mengakibatkan indeks literasi di Indonesia belum masuk kategori baik. Guru maupun siswa belum terbiasa membaca dan menulis. 

Guru perlu menyadari bahwa peran guru sebagai pendidik bukan saja melakukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge), melainkan juga berperan dalam membentuk karakter melalui pembiasaan-pembiasaan termasuk  pembiasaan berliterasi.

Mengapa demikian?

Perlu dipahami bahwa pertama, Teknologi digital telah mengakibatkan perubahan hampir semua aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Informasi begitu cepat, guru hendaknya mampu beradaptasi agar tidak ketinggalan informasi. Dengan demikian guru semestinya menjadi pelopor bagi siswa dalam melakukan gerakan literasi.

Kedua, tidak hanya siswa melainkan guru juga perlu mengasah keterampilan literasi baca tulis. guru hendaknya bisa menjadi pelaku literasi. 

Disadari atau tidak bahwa membaca dan menulis merupakan hal yang perlu dilatih dan dibiasakan. Guna melatih dan membiasakan membaca dan menulis, guru bisa memulai dengan menuliskan pengalaman yang dialami sendiri. Misalnya pengalaman mengajar selama pandemi.

Pembelajaran jarak jauh, tentu saja banyak kekurangan dan kelebihan. Sebagai guru bahasa Indonesia ketika menyampaikan materi teks cerita sejarah, penulis menugaskan kepada siswa untuk menuliskan kisah pribadinya. Tidak disangka siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan sangat menginspirasi. Tugas yang terkumpul kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku. Guru menuliskan pengalaman mengajarnya kemudian digabungkan dengan hasil penugasan yang dikerjakan siswa. Selanjutnya buku diberi judul " 67 Kisah Inspiratif Anak SMA".

Contoh lain, guru menulis bareng. Setiap guru menuliskan pengalaman mengajar selama pembelajaran jarak jauh. Tentu saja guru mempunyai materi dan model pembelajaran yang berbeda-beda. Kemudian tulisan itu diterbitkan menjadi sebuah buku karya bersama. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline