Lihat ke Halaman Asli

Siman

Tidak Ada Kata Terlambat untuk Belajar, Setiap Langkah adalah Ibadah

Ada Omicron, PTMT Saja

Diperbarui: 10 Februari 2022   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok  pribadi

Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri Nomor 05/KB/2021, Nomor 1347 Tahun 2021, Nomor HK.01.08/Menkes/6678/2021, Nomor 443-5487 Tahun 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di masa pandemi Covid-19. merupakan angin segar bagi dunia pendidikan, Berdasar surat keputusan tersebut berbagai sekoah/madrasah telah mulai melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen.  

Sebagian orang tua dan siswapun menyambut positif. Siswa juga sudah mulai nyaman dengan PTM 100 persen. Namun Santernya berita terkait pemberhentian PTM karena kenaikan covid jenis omicron dapat menimbulkan kekhawiran orang tua dan kecemasan siswa. Bagaimana tidak, PTM baru saja dimula, kasus covid naik lagi, apalagi konon jenis varian baru yang bernama omicron lebih ganas karena penyebarannya bisa 3 kali lipat lebih cepat dibanding Covid 19.

Oleh karena itu usulan yang wajar jika sebagian orang tua mengusulkan agar PTM diberhentikan sementara. "Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti menyebut ada sekitar 25 persen orang tua yang disurvei mengusulkan agar pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen dihentikan sementara." republika.id (9/2/2022).

Namun demikian realita menunjukkan bahwa pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dinilai sangat tidak efektif. Orang tua maupun siswa bahkan guru banyak mengalami kendala dan kesulitan.   

Eko Susilo, salah satu orang tua yang mempuyai dua anak, seorang duduk di bangku SMA dan yang satu lagi masih duduk di jenjang SMP. Ia mengaku khawatir jika harus diberlakukan PJJ lagi.". Sebagai orang tua, sebenarnya saya khawatir anak-anak mengalami kejenuhan dengan PJJ," ungkap Pak Eko. "Hampir sepanjang hari anak-anak tidak terlepas dari Handphone (HP), khawatirnya lagi, apakah anak menggunakan HP untuk belajar dan mengerjakan tugas dari guru atau  melainkan digunakan untuk bermain game," tambahnya. Ia merasa tidak mampu untuk mendampingi anak selama mengikuti PJJ.  

Menurut Eko, untuk menghindari penyebaran virus omicron di sekolah, sebaiknya dilakukan PTM terbatas. "PTM sebaiknya dilanjutkan saja, dengan catatan anak telah divaksin, jika diperlukan lakukan tes swab untuk memastikan siswa guru pegawai di sekolah itu sehat, Kalau hasilnya tidak ada yang mengalami gejala-gejala, maka sebaiknya tetap dilanjutkan PTM 100 persen," lanjut Pak Eko.

Semenatra itu Muhammad Tegar Pratama siswa kelas XII mengaku banyak mengalami kesulitan selama  mengikuti PJJ pada tahun lalu. Menurut Tegar, PJJ tidak efektif karena mengikuti PJJ banyak menemui kesulitan. Terutama ketika  harus belajar dan memahami materi sendiri tanpa bantuan guru.  "Kalao PTM dihentikan, terus PJJ lagi saya merasa cemas tidak bisa memahami materi pembelajaran lagi, Saya merasa sulit kalau tidak ada guru yang membantu menjelaskan materi pelajaran," ujar Tegar.

"Apalagi akhir akhir ini sudah mendekati ujian sekolah dan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk mengikuti pendaftaran masuk PTN. "Saya berharap khusus kelas XII dapat dilaksanakan PTM100 persen sehingga ada kesempatan bertemu dengan guru secara langsung walaupun tidak setiap hari, tentu saja dengan protokol kesehatan yang ketat," harap Tegar, kamis (10/2/2022).

Demikian juga dengan Rahma Febriantika, siswa kelas XII berharap agar PTM tidak diberhentikan. Sebagaimana yang dialami Tegar ketika mengikuti PJJ Rahma mengaku banyak kendala. "Memilih PTMT Saja, misalnya 50 persen dengan syarat penerapan protokol kesehatan yang ketat," ungkap Febri.

Lalu apa yang harus dilakukan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline