Penyakit endemik DBD ( demam berdarah dengue ) cukup terkenal dan sudah banyak korban yang pernah terjangkit. Demam berdarah berdasarkan istilah kedokteran adalah Dengue Hemorrhagi Fever. Penyakit DBD ini disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes. Dinkes DKI Jakarta manyatakan bahwa setidaknya ada 2.745 kasus DBD dari Januari 2023 hingga Juni 2023.
Tentu saja penyakit ini menimbulkan gejala-gejala yang bisa kita lihat ataupun rasakan seperti demam tinggi berlangsung dari 2-7 hari, sakit kepala yang hebat, nyeri otot / sendi , dan mual sampai muntah terus-menerus.
Tentu saja ini adalah masalah yang krusial bagi kita Masyarakat Indonesia. Untuk itu kita sebagai Masyarakat yang hidup berdampingan dengan satu sama lain harus mengupayakan berbagai cara agar mengatasi kurangnya penyakit ini atau pencegahan penyebaran virus DBD ini.
Seperti yang kita ketahui DBD cenderung meningkat pada saat musim hujan, Kemenkes melakukan berbagai upaya untuk mencegah penularan penyakit ini. Yakni, melakukan Upaya Gerakan 1 rumah 1 Jumantik (G1R1J). Gerakan ini dilakukan dengan cara memilih salah seorang anggota keluarga di rumah untuk mengawasi jentik dan menggunakan medsos (media social) kemudian di laporkan secara berkala. Salah satu tempat yang menjadi sarang perkembangbiakan sarang nyamuk yakni genangan air. Maka dari itu kita semua bertanggung jawab melakukan Gerakan 3S ( mengubur , menguras, menutup) tidak hanya itu kita semua juga wajib menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan memperhatikan tempat-tempat yang sekiranya gelap dan lembab.
Maka dari itu guna mendukung penurunan kasus DBD di Indonesia mari kita semua berkontribusi dalam G1R1J . penyebaran virus ini akan berhenti ketika kita dapat bekerja sama menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih tentunya terbebas dari wilayah yang senang ditempati nyamuk dan virus lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H