Lihat ke Halaman Asli

Cerita Malam

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semuanya menepi, sepertinya liar terbawa arus waktu. menerobos  menatap rembulan, menangis dalam lorong lorong sepi kota mati. aku mendengarmu  mengenangmu lewat jalanan sepi dan bergelombang di sini. setiap sudut kota menuliskan cerita yang berbeda. kau tau aku bisa saja membunuhmu malam itu, tapi kau juga tau betapa aku mencintaimu memang melebihi hasratku yang ingin membunuhmu.. "jangan lakukan itu padaku" pintamu saat itu, namun mereka tetap saja mencumbumu dalam lorong sepi tanpa terangnya cahaya. hanya semburat celah bulan sabit menikam perih mimpimu.

Gang tua itu selalu saja ramai, seperti riuhnya pasar di pagi hari, wanita wanita bersolek indah itu duduk termenung.. apa yang dia pikirkan. penyesalan. aku rasa bukan.. tapi dia ingin menangis. apa yang sebenarnya terjadi. dekapan itukah yang membuatmu merasa jijik.. dia menyayangimu dalam gang tua itu, lelaki lelaki itu menginginkanmu hanya untuk semalam saja. jangan takutkan kehadirannya.namun tetap saja ku lihat di raut wajahmu, seketika ingin membunuhnya lewat belati yang terselip di balik celana dalammu.

Sepikah yang terjadi, seperti ruko ruko tua di pinggir Jalan tergembok rapat sampai berkarat. Karena jaman sudah tidak mendatanginya lagi. Ruko ruko yang mati. Seperti jiwamu ingin mati terjebak dalam gang tua menjijikkan. Kamu ingin lari..?? jangan lari hanya dia yang mampu menjadikanmu ratu. Jangan takut sepi.. sepi itu ringkih. Jangan takut kegelapan. Gelap itu rapuh. Ambilah cahaya yang terselip di balik punggungmu, seperti sayap malaikat dirimu menengadah lara untuk mereka yang kamu cintai. “ jangan sampai mereka tau siapa aku di saat malam hari” katamu parau di kedai kopi itu. Masih ku ingat saat kamu bicara tanpa jeda, seperti kisah drama tanpa kata bersambung. Kamu tetap saja menorobos waktu yang seharusnya kuprediksikan pergi dari kedai kopi itu, tapi kau tetap saja memberikanku kisah pahitmu itu.

*SIZ-28-2*




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline