Surabaya -- Pandemi Covid-19 ini banyak sekali merubah kebiasaan masyarakat Indonesia bahkan di mancanegara. Salah satunya kegiatan berbelanja pakaian seperti Thrifting. (Sabtu, 19/12/2020)
Bisnis Thrifting atau yang dulu pada tahun 2013 dikenal dengan sebutan preloved ini, banyak digemari oleh kalangan muda millenial. Bisnis ini tidak terlalu membutuhkan modal yang sangat banyak. Dengan modal tekad yang gigih, public speaking, serta barang atau produk thrifting yang recomended. Mengapa public speaking? Memang semua bisnis harus menggunakan skill seperti itu. Disebabkan agar customer akan trusted pada produk atau barang yang kita jual.
Pada konsep thrifting ini, barang atau produk yang dijual ialah barang bekas yang kondisinya masih bagus. "Untuk produk thrifting yang saya jual saat ini hoodie dan sweater.", tutur Bagus Anindya - pelaku usaha bisnis thrifting (23). Rata-rata, produk thrifting ini ialah produk brand luar negeri dalam range 90-95% kelayakan pakai. "Beberapa produk luar negeri yang kondisinya bekas tapi masih layak pakai. Seperti Adidas, Jeep, Giordano, dan lain sebagainya.", tambahnya.
Alasan Bagus Anindya yang notabene masih juga seorang mahasiswa tersebut yakni, bisnis ini sangat mudah dilakukan dan memiliki target pasar yang sangat besar. Yang dimana bahwa generasi millenial saat ini, sangat memperhatikan dalam hal berpenampilan. Disisi lain juga, Bagus ialah orang yang fashionable. Outfit yang ia kenakan juga lagi trend. Bermula dari hal yang dia suka, munculah ide bahwa dia ingin membuka bisnis thrifting atau preloved yang banyak digemari kalangan muda.
"Harga untuk produk thrifting ini aku menjual nggak mahal sih. Rata-rata dari kisaran 80-100ribu per-item. Tergantung kondisi barangnya. Kalau banyak kurangnya, ya harga bisa dipotong lagi.", ujar pria berpostur jangkung itu. Produk hoodie dan sweater ini telah ia pasarkan di media sosial seperti Facebook, Instagram, serta E-commerce. Dalam pemasaran di beberapa media sosial tersebut, ia juga menggunakan fitur Ads untuk mengiklankan produknya bertujuan untuk meningkatkan jangkauan target pasar atau customer baru.
Bisnis seperti ini juga banyak kekurangan dan kelebihannya. Salah satu kekurangan yang terjadi di kalangan bisnis online ini ialah kepercayaan customer terhadap barang yang mereka beli pada sebuah store. Baik itu offline maupun online. Pada dasarnya, penjual akan berupaya penuh untuk meyakinkan produk tersebut pada konsumen akan keasliannya. "Ini kan barang bekas yang masih bagus. Cara saya meyakinkan pada konsumen itu seperti memberikan info akan label asli produk tersebut yang terletak di punggung hoodie atau sweater.
Selain itu juga, saya akan menunjukkan dari kondisi barang tersebut seperti terdapat lubang kecil atau ada yang robek. Sudah saya pastikan bahwa sebelum saya menjual produk thrifting, saya tidak akan mengambil barang yang tidak layak pakai untuk saya jual kembali.", tegas Bagus Anindya.
Bisnis thrifting ini berjalan sejak 31 Mei 2020 lalu, yang mana pada waktu itu juga masih keadaan genting dengan adanya pandemi Covid-19. Banyak sekali para pelaku usaha yang harus rela kehilangan bisnisnya karena Covid-19. Namun, tak sedikit juga masyarakat yang membuka peluang usaha berbasis online. Maka dari itu, hal ini juga tidak disia-siakan oleh Bagus untuk membuka peluang serta pengalaman baru dalam dunia fashion di kalangan generasi millenial.
Sosok Chika yang notabene selebgram (instagram : @chkalifia) telah meng-influence Bagus Anindya untuk membuka thrifting atau preloved ini. "Generasi muda yang nggak malu untuk nge-thrift (sebutan gaulnya). Apalagi dia cewek. Rata-rata cewek kan maunya sama produk atau barang baru gitu.", ungkap Bagus. Dari peluang usaha ini, tidak hanya pengalaman saja yang ia peroleh. Juga bisa menambah relasi kerja, serta menambah pemasukan financial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H