"Iya, jadi tuh dia kemarin dimarahi alasanku untuk yang ke sekian kalinya!" ujar adik saya dengan berapi-api. Semangat sekali dia curhat tentang teman kantornya itu.
"Gimana nggak ngeselin, Kak! Dia itu Si Paling Telat Pulang. Orang bisa jam 16.00 pulang. Eh dia bisa sampe maghrib di kantor. Hampir tiap hari! Tapi kerjaan malah lewat deadline! Itu namanya fake productivity!" keluhnya lagi.
Fake productivity. Saya manggut-manggut mendengarnya.
Cukup khawatir juga saya mendengar istilah itu. Bagaimana seseorang bisa terjebak dalam fake productivity? Apakah saya termasuk di dalamnya? Lalu bagaimana mengatasinya?
Kenali Fake Productivity
Terlihat sibuk untuk hal-hal yang bukan menjadi inti dari sebuah pekerjaan. Seperti itulah kurang lebih makna fake productivity.
Contohnya seperti ilustrasi di atas. Seseorang menjadi sibuk atau terlihat sibuk. Namun, sibuknya bukan dalam menghasilkan performa kerja terbaik atau menjadi tujuan yang harusnya ia capai.
Dilansir dari situs ilmu.lpkn.id, ada 3 ciri atau indikator seseorang terjebak dalam fake productivity. Mari kita simak!
1. Perfeksionis
Sifat perfeksionis di sini berupa perfeksionis yang mendorong seseorang melakukan hal spesifik yang justru bukan menjadi inti dari sebuah kegiatan